Selasa, 06 Januari 2009

SBY Tantang Pengusaha Kompetitif

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan industri dalam negeri untuk tetap kompetitif dan tidak berlindung di balik alasan nasionalisme.

Dalam pidatonya pada acara penyerahan penghargaan Upakarti, Rintisan Teknologi, dan Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2008 kepada 33 penerima di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/1), Presiden mengatakan cinta produk dalam negeri jangan hanya menjadi wacana.
"Tidak boleh berlindung di balik nasionalisme, berlindung di balik cinta produk dalam negeri, tetapi industri kita tidak efisien," ujarnya.

Di tengah resesi keuangan dunia, SBY menekankan pentingnya pasar domestik untuk menyerap produksi industri dalam negeri yang kehilangan pasar ekspor.
Untuk itu, produk dalam negeri harus kompetitif dan tidak menjual harganya lebih mahal dari produk luar negeri yang diimpor.

Apabila industri sudah dapat memasarkan dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, Presiden meyakini Indonesia tidak perlu khawatir menghadapi resesi ekonomi dunia.
"Kalau kita bangun itu, saya yakin sepuluh tahun lagi ekonomi Indonesia akan kuat, pasar kita akan kuat. Di situ kita bisa pasarkan produk untuk rakyat kita sendiri. Tidak usah khawatir kalau suatu saat ada resesi dunia lagi, karena kita bisa menjual untuk pasar dalam negeri kita," tuturnya.

Dengan kreativitas dan inovasi dalam bidang teknologi dan desain,lanjut SBY, industri dalam negeri harus terus mengembangkan daya saingnya agar dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri.

Dengan dicanangkannya tahun Indonesia kreatif, Presiden berharap industri kreatif dapat memberi sumbangan pada pembangunan ekonomi Indonesia.
Presiden juga mengingatkan pembangunan bangsa harus dilakukan secara utuh dengan bertumpu pada tiga faktor yaitu sumber daya alam, pengembangan ilmu dan teknologi, serta kekayaan budaya.

Tiga faktor itu, menurutnya penting untuk menentukan arah kebijakan pembangunan Indonesia."Kalau ketiga-tiganya dihadirkan, saya yakin tidak akan ada konflik dan goncangan," ujarnya.

Presiden juga mengingatkan pemahaman terhadap diri sendiri sebagai negara berkembang amat penting untuk merumuskan kebijakan karena tata cara pembangunan Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara-negara lain.