Rabu, 14 Januari 2009

BBM Picu Harga Barang Turun 5-10%

Menyusul penurunan harga BBM ketiga kalinya, harga barang diprediksi turun 5-10%. Pelaku industri saat ini sedang merevisi ulang target produksi, pedapatan, dan harga jual produknya. Targetnya, memenangkan persaingan di pasar domestik.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan para pengusaha saat ini sedang melakukan kalkulasi terkait besaran penurunan harga barang-barang mereka menyusul turunnya harga BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Pelaku industri bisa menurunkan harga jual mereka 5% hingga 10% pada Februari 2009.

Menurut Sofjan, penurunan TDL akan berkontribusi besar terhadap penurunan harga barang-barang. Pasalnya, TDL lebih banyak dirasakan pengusaha-pengusaha kecil, menengah dan besar. “Itu saya pikir yang sedang kita hitung,” katanya kepada INILAH.COM di Jakarta, Selasa (13/1).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (12/1) mengumumkan harga BBM premium turun Rp 500 dari Rp 5.000 menjadi Rp 4.500 per liter. Sementara solar turun menjadi Rp 4.500 dari Rp 4.800. Penurunan berlaku sejak 15 Januari 2009. Sementara TDL untuk industri turun rata-rata 8,5% hingga 15% pada beban puncak.

Sofjan memaparkan pengusaha masih menunggu penjelasan dari PLN terkait tarif baru TDL. Dari situ pengusaha bisa menghitung berapa persen penghematan yang bisa dilakukan dari penurunan TDL ini.

Sedangkan untuk penurunan harga premium, lanjut Sofjan, sebenarnya masyarakat yang lebih banyak mendapatkan manfaatnya. Pasalnya penurunan itu berakibat pada berkurangnya ongkos transportasi mereka.

Akibatnya, daya beli masyarakat untuk berbelanja barang-barang menjadi lebih kuat. “Sedangkan solar tidak terlalu banyak efeknya bagi industri, kecuali dari sisi transportasinya saja,” imbuhnya.

Penurunan ongkos transportasi barang, kata Sofyan, sangat tergantung pada keputusan Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) tentang seberapa besar persentase penurunan tarif angkutan barang. Sofjan berharap tarifnya bisa turun.

Sofjan memprediksi pekan depan sudah ada keputusan dari pemerintah terkait penurunan tarif angkutan. Setelah itu, pihak industri akan mengkalkulasi apakah banyak diuntungkan atau tidak dari penurunan ongkos transportasi itu.

Saat ini, lanjut Sofjan, kemacetan, jalan rusak, dan persolan transportasi lainnya ikut membenani efektivitas dan efisiensi proses produksi dan distribusi industri. Namun, jika tarif angkutan turun, beban itu bisa diminimalisasi. “Menurut saya, minimal mereka bisa turunkan (tarif angkutan) 5% hingga 10%,” imbuhnya.

Penurunan TDL dan BBM, menurut Sofyan bukanlah satu-satunya faktor yang bisa menurunkan harga produk industri. Pengusaha juga mempertimbangkan faktor lain seperti nilai tukar rupiah. Pasalnya, ada import content yang masih cukup tinggi yang bisa mengurangi signifikansi penurunan harga-harga.

“Tapi saya pikir, industri akan menurunkan di kisaran 5-10% harga barang-barang mereka meskipun hal itu sangat tergantung pada sektor masing-masing. Dan itupun baru terjadi bulan depan.”

Yang pasti, pihak industri saat ini akan mengadakan revisi baik produksi, pendapatan, maupun harga jual barang-barang mereka. Pasalnya, industri pun harus bersaing dengan barang-barang impor.

Pelaku usaha meyakini jika harga jual produknya diturunkan maka industri domestik dalam negeri bisa merebut pasar domestik. “Tapi sampai berapa jauh penurunan itu, semua perlu perhitungan yang matang,” jelas Sofjan.

Sedangkan peningkatan produksi sangat tergantung pada pasar. Jika pasarnya cukup besar setelah penurunan harga BBM ini, sudah dipastikan akan ada peningkatan produksi. Pasar saat ini sangat lemah baik dalam negeri maupun luar negeri. “Semua harus dihitung agar tidak terjadi over capacity,” paparnya.

Tapi, bagi pelaku usaha, asalkan tidak merugi, apapun akan dilakukan untuk merebut pasar domestik termasuk menurunkan harga jugal. ”Saya pikir sebelum tahun baru Imlek, mereka tidak akan menurunkan harga barang mereka. Bulan depan baru diturunkan kalau mereka mau,” pungkasnya.