Jumat, 23 Januari 2009

Konstruksi Terancam Alami Kesenjangan Keahlian Tenaga Kerja

Sektor konstruksi terancam mengalami kesenjangan (mismatch) tenaga kerja karena tidak semua tenaga menganggur memiliki keahlian seperti dipersyaratkan.

"PHK besar-besaran terjadi di sektor industri tidak seluruhnya memiliki keahlian di bidang konstruksi katakanlah sebagai tukang kayu," kata Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen PU, Sumaryanto Widayatin di Jakarta, Kamis.

Sehingga, kata Sumaryanto, peluang kerja di sektor konstruksi terancam tidak dapat diisi pekerja yang saat ini menganggur karena tidak memiliki kualifikasi keahlian seperti dipersyaratkan.

"Tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian itu setidaknya harus diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum nantinya diterjunkan di sektor konstruksi sehingga butuh balai pelatihan dalam jumlah besar diberbagai daerah," kata Sumaryanto.

Dia mengatakan, sesuai dengan hitungan Menteri Koordinator Perekonomian setiap Rp100 triliun anggaran infrastruktur dapat menyerap 3,2 juta pengangguran belum termasuk dampak lanjutan (multiplier effect) 1,5 kalinya.

Problemnya instansi yang menerima anggaran itu harus memiliki rincian penyaluran termasuk Departemen Pekerjaan Umum seandainya dialokasikan tambahan Rp30 triliun ternyata tidak siap sebaiknya ditolak daripada dananya nanti tidak dapat dipertanggungjawabkan, tegas Sumaryanto.

Sumaryanto mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 persen tahun 2009 maka dibutuhkan pembiayaan infrastruktur 5 persen dari total PDB, dibanding negara lain Indonesia termasuk ketinggalan.

Sumaryanto mengatakan, Indonesia sekurangnya membutuhkan dana Rp1300 triliun untuk pembangunan infrastruktur lima tahun ke depan, sumbangan terbesar dari perumahan Rp91 triliun.

Sedangkan tahun 2009 ini nilai kapitalisasi konstruksi diperkirakan Rp167 triliun, sebanyak Rp120 triliun berasal dari APBN dan APBD, sedangkan Rp47 triliun dari BUMN, BUMD, swasta, jelasnya.

Tenaga kerja konstruksi Indonesia tahun 2007 sekitar 5,2 juta orang orang (4,71 persen angkatan kerja nasional), dari jumlah itu yang bersertifikat untuk tenaga ahli 67.090 orang dan tenaga terampil 183.612 orang.