Rabu, 25 Februari 2009

Produk Elektronik RI Siap Masuk Australia Setelah FTA Berlaku

Penerapan kerjasama perdagangan bebas ASEAN Australia-New Zealand Free Trade Agreement (FTA) pada Oktober 2009 diharapkan bisa menjadi sarana menembus pasar Australia bagi produk-produk andalan Indonesia termasuk produk elektronik.

Ketua Umum Gabungan Elektronik Indonesia (Gabel) Rachmat Gobel mengatakan Indonesia berpotensi mengambil kue pasar produk elektronik asal China di pasar Australia yang selama ini sudah bercokol di Australia.

"Seperti diketahui produk China banyak beredar di Australia. Kerjasama ini diharapkan bisa mulai mengambil posisi karena pasti lebih murah impor dari kita dari pada dari China," ucap Rachmat di Gedung Depdag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Rabu (25/2/2009).

Meskipun ia mengakui pasar Australia khususnya untuk elektronik tidak seprospek pasar elektronik dalam negeri yang ditopang oleh penduduk yang besar. Namun perluasan pasar ekspor ke Australia tetap penting untuk menjaga keseimbangan pasar agar industri tetap aman pada kondisi bagaimanapun termasuk krisis.

"Teorinya kalau bagi industri itu 50% ekspor dan 50% dalam negeri maka akan aman," ujarnya beralasan.

Selama ini kata dia, standar kualitas produk yang bisa masuk ke pasar Australia terbilang tinggi, sehingga diharapkan bisa mendorong peningkatan kualitas produk elektronik Indonesia.

Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan kerangka kerjasama perdagangan bebas termasuk dengan Australia dan New Zealand bisa menjadi penyeimbang penetrasi pasar antara negara-negara lainnya termasuk China.

"Penyelesaian perundingan ini memiliki arti strategis bagi ASEAN dan khususnya Indonesia karena dapat menyeimbangkan persaingan antara ASEAN dan RRT dalam memasuki pasar Australia dan New Zealand," tambah Mari.(detik.com)

Selasa, 24 Februari 2009

Depo Bitumen Shell di Cirebon Telah Beroperasi

Shell Indonesia meresmikan Depo Bitumen Shell yang pertama di Indonesia. Depo yang berlokasi di Cirebon ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kapasitas Shell untuk memasok bitumen dalam jumlah besar di Indonesia, dan merupakan langkah strategis untuk penetrasi pasar dan memperkuat posisi Shell dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Darwin Silalahi, Country Chairman dan President Director PT Shell Indonesia mengatakan, “Indonesia adalah pasar penting yang sedang tumbuh dan Shell berkomitmen untuk berinvestasi jangka panjang di Indonesia serta memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan ekonomi. Bisnis bitumen di Indonesia berpotensi mencapai 1,2 juta ton per tahun dan dengan beroperasinya depot ini, menandakan komitmen Shell untuk membangun bisnis bitumennya di Indonesia.”

Pengiriman merupakan perhatian utama Shell karena pengiriman sangat penting bagi kelangsungan proyek pembangunan jalan untuk memenuhi tuntutan jadwal. Oleh karena itu, pengiriman produk bitumen yang berkualitas baik, pada waktu yang telah ditentukan, dalam kuantitas yang tepat dan suhu yang benar adalah sangat penting bagi Shell. Dengan 3 tangki utama yang berkapasitas 5,750 metrik ton, Shell Bitumen berkomitmen untuk meningkatkan tingkat layanan industri, untuk kualitas serta kepastian pengadaan dan pengiriman, sehingga dapat membantu meningkatkan standar operasional di pasar secara keseluruhan.
Visi Shell Bitumen adalah selalu menjadi terdepan dalam teknologi serta diakui sebagai penyedia solusi dalam membantu pembangunan infrastruktur di Indonesia baik itu pembangunan jalan, sirkuit maupun bandara. Dalam menjalankan tiap-tiap aktifitas operasionalnya, Shell selalu mengedepankan dan menerapkan standar internasional HSSE (Health, Safety, Security and Environment) atau K3L (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan).

Saat ini, Shell Bitumen beroperasi di 35 negara dengan 1.600 kontraktor sebagai pelanggan. Dengan pengalaman itu, serta teknologi yang dikembangkan di Shell Bitumen Technology Centre, jalan yang dibangun dengan menggunakan Shell Bitumen akan aman dan kuat secara struktural.

2009, Mandala Airlines Terus Bertransformasi Menjadi Airlines Rujukan Di Indonesia

Mandala telah melayani transportasi udara di Indonesia selama kurun waktu 40 tahun dan telah berkomitmen terhadap keselamatan penerbangan, ketepatan waktu, layanan yang ramah dengan harga yang terjangkau tentunya.

Selama kurun waktu dua tahun, Mandala telah merestrukturisasi diri secara total yaitu dari aspek operasional maupun dari sisi komersial. Mandala sudah tidak mengoperasikan Boeing B737-200 dan B737-400 sebagai bagian dari komitmen Mandala terhadap peremajaan armada pesawatnya. Saat ini Mandala hanya mengoperasikan satu jenis pesawat saja yaitu Airbus A320 dan A319 dengan rata-rata usia pesawat termuda di Indonesia. Dan Mandala akan menerima tambahan beberapa pesawat Airbus A320 di bulan Mei 2009 yang akan dipergunakan untuk memperkuat jaringan rute-rute penerbangan yang ada.

Pada saat ini Mandala telah menjadi airline generasi modern yang didukung oleh profesional investor, internasional manajemen dan komitmen yang tinggi terhadap keselamatan penerbangan. Kinerja Mandala selama kurun waktu 2 tahun menunjukkan hasil yang signifikan yaitu pertambahan jumlah penumpang di tahun 2008 dua kali lipat dibandingkan dengan 2007.

Warwick Brady selaku Chief Executive Officer Mandala telah menjalankan amanah dari pemegang saham yaitu mentransformasi Mandala menjadi maskapai milik Indonesia yang selalu merujuk pada standard internasional yang tinggi. Restrukturisasi dari sisi operasional telah terlaksana dengan baik dan tiba saatnya bagi Warwick untuk undur diri dari perusahaan untuk membuka peluang bagi pemegang saham untuk melanjutkan proses transformasi yang akan lebih difokuskan pada aspek komersial.

Guna memperkuat posisi Mandala dalam peta persaingan bisnis penerbangan di Indonesia dan regional terutama dalam mengahadapi persaingan pasar bebas di tahun 2010, pemegang saham Mandala yaitu Cardig International dan Indigo Partners telah mempersiapkan sejumlah langkah-langkah strategis jangka menengah yang akan difokuskan pada aspek komersial dimana penekanannya pada persaingan pasar bebas 2010 nanti Mandala akan bisa berkompetisi dengan internasional airlines lainnya di Indonesia dan regional.

Untuk sementara, kendali perusahaan akan ditangani langsung oleh Diono Nurjadin dari Cardig International sebagai Presiden Direktur dengan didukung sepenuhnya oleh Indigo Partners.

Untuk lebih memperkuat team manajemen yang ada maka pada akhir Maret 2009, Mandala akan memperkuat team-nya dengan memperkenalkan Chief Financial Officer (CFO) yang baru yang memiliki pengalaman yang kuat di industri penerbangan.

Minggu, 22 Februari 2009

Apindo: Pertumbuhan Ekonomi Tidak Lebih Tiga Persen

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan lebih dari tiga persen.

"Sulit bisa tumbuh diatas tiga persen karena dampak krisis global yang dimulai Oktober 2008 paling dirasakan pada tahun ini," katanya di Medan, Sabtu malam.

Dia berbicara pada dialog mengenai dampak dan peluang krisis global dengan jajaran pengusaha anggota Apindo Sumut.

Menurut dia, asumsi sulitnya menaikkan pertumbuhan ekonomi itu mengacu pada diduga kuatnya sulitnya pulih harga ekspor berbagai komoditi dan produk .

Harga ekspor komoditi misalnya rata-rata anjlok hingga 50 persen.

"Dengan terjadi krisis, dimana semua negara juga mengalami kesulitan keuangan, jangan berharap harga komoditi akan bisa seperti tahun 2008," katanya.

Mengenai hingga kapan berakhir krisis global itu, kata dia, untuk Indonesia baru bisa terjadi minimal setelah dua tahun Amerika Serikat lepas dari krisis itu.

Amerika Serikat sendiri diduga baru bisa lepas dari kriis paling cepat dua tahun lagi.

"Jadi memang harus kerja keras dan saling membantu untuk membantu pertumbuhan ekonomi nasional," kata Sofyan Wanandi.

Pemerintah sendiri diakui sudah menjalankan berbagai kebijakan untuk membantu pengusaha bisa tetap eksis seperti membatasi masuknya barang impor sehingga daya serap produk di dalam negeri masih tetap besar.(ANTARA)

Jumat, 20 Februari 2009

Ketentuan Baru Impor Besi dan Baja

Departemen Perdagangan (Depdag) telah resmi mengatur ketentuan impor 202 HS produk besi dan baja dari 794 HS produk besi dan baja. Sebanyak 202 produk itu mencakup HRC/HRP, CRC/S, lembaran berlapis, wire rod, besi baja profil, pipa las yang wajib verifikasi oleh surveyor dan harus melalui Importir terdaftar (IT) dan importir produsen (IP).

Ketentuan baru ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2009 tentang ketentuan impor baja tertanggal 18 Februari 2009. Peraturan ini berlaku hingga 31 Desember 2010.

Dalam ketentuan itu diberikan pengecualian bagi produk baja-baja yang bebas dari ketentuan verifikasi dan produk besi baja yang sudah masuk ketentuan perjanjian bilateral seperti Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA).

"Yang dibebaskan dari semua ketentuan importasi besi-baja yaitu perjanjian bilateral dan pengecualian dari verifikasi," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Diah Maulida dalam acara konferensi pers di Departemen Perdagangan, Jumat (20/2/2009).

Dalam pengecualian verifikasi ada 3 ketentuan yang dibebaskan dalam verifikasi yaitu:

1. Besi atau baja yang diimpor oleh IP besi atau baja bidang industri otomotif dan komponennya, industri elektronika dan komponennya, serta industri galangan kapal dan komponennya.

2. Besi atau baja yang diimpor dan telah dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis impor berdasarkan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah (BM-DTP).

3. Besi atau Baja yang diimpor untuk keperluan industri kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas serta kawasan berikat.

"Ketentuan dalam peraturan Menteri ini juga tidak berlaku terhadap importasi besi atau baja berdasarkan perjanjian bilateral antara pemerintah Indonesia dengan negara lain yang memuat ketentuan impor besi atau baja," ujar Diah.

Permendag No 08/M-DAG/2/2009 secara resmi disahkan tertanggal 18 Februari 2009 mengenai ketentuan impor baja dan besi yang berlaku efektif dari 1 April 2009 sampai 31 Januari 2010.

Diah menjelaskan bagi para importir produsen (IP) yang ingin mengimpor harus memberikan rincian kebutuhan berapa banyak besi-baja yang akan diimpor dengan kebutuhan produsen selama setahun.

"Kita tidak menyebut kuota, tetapi lebih pada penelitian yang disesuaikan kapasitas produksinya. Jadi bukan membatasai, tidak juga mencegah impor apalagi melarang impor," jelas Diah.

Untuk mengetahui efektifitas aturan ini pihaknya akan melakukan evaluasi setiap 3 bulan sekali dengan beberapa pihak termasuk asosiasi baja dan produsen pengguna baja.(detik.com)

Sabtu, 14 Februari 2009

Arus Barang dari Kawasan Berikat Cakung ke Priok Anjlok 75%

Arus distribusi barang dari kawasan berikat Cakung menuju Pelabuhan Tanjung Priok menyusut hingga 75% akibat belum rampungnya penyelesaian jembatan Marunda yang menghubungkan dua lokasi tersebut yang sudah berlangsung 3 minggu lalu.

Arus kontainer yang tadinya mampu mencapai 6 rit per hari, dengan belum rampungnya perbaikan Jembatan Maruda hanya mencapai 1,5 rit per hari. Selama menunggu perbaikan tersebut para kontainer menggunakan jalur alternatif sehingga arus antrean semakin panjang.

Demikian disampaikan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam acara kunjungan ke kawasan Marunda, Jakarta, Sabtu (14/2/2009).

Dalam kesempatan yang sama Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal dan Wakil Sekretari Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan Lambock Nahatands mendampingi Mendag.

"Arus kontainer dari 6 rit per hari sekarang hanya 1,5 rit," ujar Mari.

Ia mengatakan awalnya rencana perbaikan bisa selesai dalam waktu 3 minggu lalu, namun hingga hari ini belum rampung. "Yah minimal sudah ada perbaikan," jelasnya.

Mari menjelaskan dengan adanya perbaikan jembatan Marunda yang lama dan pembangunan jembatan baru yang kebetulan bersebelahan diharapakan akan mengurangi kemacetan di jalur Cilincing. Hal ini menurutnya penting sebagai bentuk upaya pemerintah memperlancar arus barang termasuk di kawasan menuju Tanjung Priok.

"Ini konsen kita bagaimana arus barang ke priok dari daerah industri bisa lancar," ucapnya.

Terhambatnya arus barang ini diakuinya akan menambah ongkos distribusi. Terlebih lagi saat ini pemerintah sedang menggenjot peningkatan ekspor, sehingga terhambatnya arus barang menuju pelabuhan ekspor sangat merugikan.

"Dalam keadaan yang sulit bagaimana mengurangi hambatan. Anggap saja ini biaya ekonomi tinggi, yang menjadi concern pemerintah, menghilangkan biaya tinggi dan mengurangi," jelasnya.

Mengenai kondisi perbaikan jalan yang molor dari waktu yang dijanjikan, Mari menegaskan meski tidak sesuai dengan jadwal, setidaknya berdasarkan pemantauannya sudah ada perbaikan.

"Ini sudah baiklah sudah ada kemajuan, kalau belum ada perbaikan bolehlah kita marah. Kalau April bisa selesai, maka bisa kembali rit biasa," ucapnya.

Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal menambahkan keterlambatan perbaikan jembatan ini disebabkan karena ada upaya untuk mendapatkan kekerasan yang merata.

"Jembatan ini yang membangun pemda, tapi pemda meminta pertolongan dari Binamarga. Kalau lihat kayak gini akan mundur selesainya sampai 2 minggu, dari 21 hari yang dijanjikan," ucap Jusman.

Jumat, 13 Februari 2009

BPOM Ijinkan Produk Impor Asal Sesuai Aturan

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak melarang dan sepenuhnya mengizinkan peredaran produk obat dan makanan impor asalkan sesuai dengan prosedur.

"Kami bukan sedang melarang peredaran produk itu tetapi harus mengikuti prosedur yang berlaku," kata Kepala BPOM, Husniah Rubiana Thamrin, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, produk tersebut harus terlebih dahulu didaftarkan untuk mendapatkan izin edar dari BPOM.

Dengan mendaftarkan izin edar, BPOM mempunyai kesempatan untuk melakukan evaluasi dan penelitian terhadap produk yang didaftarkan.

"Ini perlu sebagai bentuk perlindungan konsumen," katanya.

Ia juga menekankan bahwa semua produk yang memiliki izin edar dan telah lulus uji evaluasi BPOM pasti mencantumkan label berbahasa Indonesia.

Produk-produk yang masuk tanpa terlebih dahulu mendaftar izin edar ke BPOM sama artinya merupakan produk ilegal yang merugikan negara dari berbagai sisi.

"Negara dirugikan dalam jumlah yang tidak sedikit terutama dari tidak dibayarkannya PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak), izin impor, dan cukai," katanya.

Terkait dengan produk ilegal belum lama ini GAPMI merilis diperkirakan sekitar 10 persen atau sekitar 300 juta dolar AS dari seluruh pangsa makanan dan minuman ternyata ilegal.

"Kami sejak tahun lalu sudah berupaya untuk lebih fokus mengamankan produk ilegal dan memusnahkannya demi perlindungan konsumen," katanya.(ANTARA)

Pengusaha China Siap Tingakatkan Investasi Di Indonesia

Duta Besar Indonesia untuk China, Sudrajat, mengatakan bahwa pengusaha China siap meningkatkan nilai investasi di Indonesia dengan catatan peraturan yang menghambat iklim investasi ditekan.

"Potensi pengusaha China berinvestasi di tanah air cukup besar tercermin dari meningkatnya nilai investasi dari tahun ke tahun," kata Sudrajat di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Jumat.

Menurut Sudrajat, secara kuantitatif belum banyak perusahaan yang investasi secara langsung, tetapi bermitra dengan perusahaan lokal sudah cukup banyak.

Perusahaan China sebelumnya sudah masuk dalam proyek pembangkit listrik 10.000 Megawatt tahap pertama, namun bentuk kerjasamanya hanya sebagai mitra lokal atau menjadi kontraktor PT PLN.

"Mereka kembali menyatakan minat membangun proyek listrik 10.000 MW tahap ke dua yang segara diluncurkan pemerintah," katanya.

Selain sektor kelistrikan diutarakan Sudrajat, China juga berminat menanam modal di sektor pertambangan karena menilai sektor ini lebih aman untuk investasi.

Sektor pertambangan yang dibidik meliputi batubara, dan bijih besi karena didukung ketersediaan atau cadangan sumber daya alam yang besar.

Meski begitu Sudrajat, yang juga mantan Dirjen Strategi Pertahanan Dephan ini tidak merinci jumlah perusahaan yang berminat berinvestasi secara langsung.

Perusahaan-perusahaan asal China umumnya memiliki pengalaman investasi di negara itu yaitu kebanyakan di sejumlah negara Afrika dan Amerika Latin, sedangkan di Asia khususnya ASEAN investasi banyak dilakukan di Vietnam, Laos, Kamboja dan Vietnam.

Sementara di Indonesia, ujar Sudrajat, pengusaha China umumnya berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan lokal.

Menurut catatan, total perdagangan Indonesia dan China pada tahun 2008 mencapai 30 miliar dolar AS, namun investasi China di Indonesia masih relatif kecil.

Pemerintah memperkirakan Indonesia berpeluang besar menggaet investasi dari China hingga senilai 1,3 miliar dolar AS dalam beberapa tahun mendatang, dengan sektor primadona agribisnis, elektronik, tekstil, dan produk tekstil, konstruksi, pertambangan, permesinan, dan industri kimia.

Untuk mencapai target-target investasi itu, ujarnya, perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian iklim investasi, terutama antara hubungan pusat dan daerah.

Sering ada tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah yang terkadang membuat mereka (calon investor) agak ragu-ragu.

"Namun, BKPM sudah mulai membereskan beberapa prosedur sehingga investor lebih mudah dalam menjalankan usahanya di Indonesia," ujarnya.(antara)

Dua Kebijakan PDIP Dukung Dunia Usaha

Percepatan perbaikan infrastruktur dan sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah menjadi dua hal yang paling diterima dunia usaha dari kebijakan dua delapan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

"Saya rasa apa yang ditawarkan masuk akal dan ada beberapa hal yang bisa dikatakan sejalan dengan keinginan pengusaha," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, usai sesi dialog "Pengusaha Bertanya Partai Menjawab" dengan PDI Perjuangan, di Jakarta, Jumat.

Menurut Sofjan, hal yang sejauh ini menjadi kendala bagi dunia usaha sendiri atas kebijakan-kebijakan pemerintahan adalah inkonsistensi.

Ia menilai pernyataan Megawati terkait perbaikan infrastruktur sebagai salah satu upaya menghilangkan ekonomi biaya tinggi cukup dapat diterima dunia usaha.

"Sebenarnya (kebijakan) ini dimiliki pemerintahan saat ini tetapi tidak dapat dilaksanakan, entah karena aparaturnya atau kebijakannya yang salah. Coba saja soal pembebasan tanah sulit sekali selesai, " ujar dia.

Namun demikian, ia mengatakan, pengusaha tetap akan menunggu seperti apa implementasinya.

"Kita tetap harus beri masukan juga pada mereka. Kita pun akan menagih itu kalau mereka sampai memegang pemerintahan, kita ingatkan itu semua," ujar Sofjan.

Sementara itu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri dalam penyampaian kebijakan dua-delapan mengatakan, menempatkan dua prioritas dan delapan langkah dalam strategi ekonominya nanti.

Dua prioritas yang ia sampaikan yakni meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan delapan langkah yang ditetapkan dalam strategi ekonomi PDI Perjuangan, ia mengatakan, adalah memperkuat pertahanan negara dan kedaulatan negara, memperkuat kedaulatan pangan dan energi, memperkuat kedaulatan keuangan.

Selanjutnya, ia mengatakan, memajukan pendidikan dan teknologi untuk daya saing industri, memajukan kesehatan dan kesejahteraan keluarga melalui peran ibu sebagai soko guru, dan memajukan usaha nasional dengan memperkuat usaha mikro, UKM, koperasi, serta mendorong sinergitas ekonomi antar pelaku usaha.

Dua langkah yang terakhir yakni memajukan pedesaan dengan memperkuat ekonomi kerakyatan, dan menata pelayanan pemerintah.

"Kebijakan dua delapan ini merupakan lanjutan dari apa yang pernah kita kerjakan bersama beberapa waktu lalu selama periode 2001-2004," ujar Megawati.(antara)

Meraup Untung di Hari Kasih Sayang

Hari Valentine atau biasa disebut hari kasih sayang, 14 Februari 2009 memberi berkah tersendiri bagi pedagang parsel, bunga, boneka, dan cokelat. Apalagi, jika ditopang dengan inovasi pemesanan lewat internet. Untungnya dua kali lipat.

Teguh Wibisana, pemilik toko deParsel.Com di Surabaya mengaku mendapat 100 pesanan parsel khusus valentine. Tidak sedikit pesanan berasal dari layanan online yang sudah disediakannya.

“Ada banyak yang memesan melalui online. Kalau untuk penjualan dalam kota bisa mencapai 50 jenis parsel yang dipesan,” katanya. di Surabaya, Jumat (13/2).

Pemesanan untuk valentine kali ini sudah mencapai kisaran 100 parsel senilai total Rp 200 juta. Anka penjualan ini bisa bertambah mengingat penjualan akan melonjak menjelang malam hari per 13 Februari. Belum lagi penjualan keesokan harinya meskipun tak sebesar sebelumnya.

DeParsel.Com pun punya kiat khusus menggaet konsumen secara online. Salah satunya dengan memberikan diskon khusus. Jika dipesan melalui oulet dipatok harga Rp 650 ribu, pesanan melalui online bisa turun mencapai Rp 500 ribu atau diskon 23%.

Pasalnya, pemesanan lewat internet tidak dikenai biaya outlet. Hal ini berbeda dengan pemesanan melalui outlet. “Pemesanan di internet, tidak ada biaya sewa, biaya SPG (sales promotion girl),” tambahnya. Namun ia mengakui, pembeli lebih banyak langsung datang ke outletnya karena bisa lebih leluasa memilih produk sesuai seleranya.

Teguh menjalankan bisnisnya dibantu empat karyawannya. Ia melakukan inovasi atas bisnisnya itu. Semula terbatas pada pemesanan outlet, sejak awal 2008 Teguh memperkuat layanan lewat online. Teguh menjual satu produk parsel seharga minimal Rp 300 ribu dan paling tinggi Rp 1,3 juta.

DeParsel.COM dalam rangka valentine menyediakan produk khusus seperti sepasang lampu yang bertuliskan kata-kata romantis, sepasang bantal, dan boneka ukuran besar. ’Semuanya serba sepasang,” imbuhnya. ”Yang jadi favorit adalah lampu dan boneka.”

Bukan hanya parsel, penjualan boneka pun menjelang valentine day di dua supermarket di Banyuwangi, Jatim, meningkat. Manajer supermarket Vionata, Reny, mengatakan, penjualan boneka meningkat sekitar 70% dibandingkan hari biasa. Reny menjelaskan, pembeli paling banyak mencari boneka beruang warna merah muda.

"Stok boneka ditambah sepekan sebelum valentine day. Pelayan jumlahnya ditambah. Sebelumnya jumlah pegawai 45 orang, kini menjadi 55 orang," katanya. Harga boneka di Vionata mulai dari Rp 19 ribu hingga Rp 200 ribu.

Kudapan coklat, juga dipilih sebagian remaja Banyuwangi untuk mengungkapkan kasih sayang. Penjualan coklat menjelang valentine day di Vionata pun laris manis. Harganya mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 39 ribu. Bahkan tersedia paket boneka dan coklat yang sudah dihias.

Selain menguntungkan pengusaha parsel dan boneka, valentine juga menguntungkan pedagang bunga hingga 400%. Salah satu pemilik toko bunga Dasimoen di Jl. dr Sutomo Kota Madiun, mengatakan, permintaan bunga mawar merah meningkat sejak hari ini.

Sehari kini bisa mencapai 100 tangkai, padahal hari biasa hanya 20 tangkai saja. "Sejak Jumat siang, toko kami sudah menjual 50 tangkai mawar merah. Diperkirakan puncaknya Sabtu besok pas perayaan hari kasih sayang," kata Dasimoen.

Menurutnya, satu tangkai bunga mawar dihargai Rp 6.500 jika tidak dirangkai. Sedangkan bagi pembeli yang ingin dirangkaikan maka ditambah ongkos merangkai Rp 1.000 per tangkai.

Lebih lanjut ia menjelaskan, tokonya sudah setiap tahun menyediakan bunga mawar untuk perayaan hari kasih sayang. Bunga-bunga mawar ini didatangkan dari daerah Malang. "Jika saat valentine seperti ini kita pesannya agak banyak. Tapi pas hari biasa tidak terlalu banyak, soalnya takut tidak laku," katanya. (INILAH.COM)

Rabu, 11 Februari 2009

Media 'Online' Acuan Pebisnis Indonesia

Media online ternyata menempati posisi tertinggi sebagai sumber informasi terpercaya para pebisnis di Indonesia, mengalahkan media massa lain.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Edelman Trustbarometer, Aditya Chandra Wardhana, dalam konfrensi pers terkait hasil survei perusahaan tersebut atas tingkat kepercayaan masyarakat terhadap satu instansi, di Jakarta, Selasa (10/2).

Dari hasil survei 200 orang elit informasi, ia mengatakan, ada tiga sumber informasi paling dipercaya menurut kalangan elit informasi Indonesia, yakni isi berita online, berita televisi, dan komunikasi langsung dari manajemen perusahaan.

Tingkat kepercayaan para elit informasi yang berpendidikan sarjana untuk konten online mencapai 41%. Sedangkan untuk televisi mencapai 40%, dan komunikasi langsung pada manajemen perusahaan mencapai 36%.

Sementara untuk tingkat kepercayaan di tingkat media konvensional, artikel di majalah bisnis berada di peringkat kedua mencapai 35%, diikuti radio 29%, dan terakhir baru surat kabar yang mencapai 27%.

Aditya mengatakan, survei memang dilakukan kepada para eksekutif yang berusia 25 tahun hingga 65 tahun, dengan penghasilan mencapai Rp 30 juta ke atas.

"Mereka terbiasa mengikuti berita online karena mereka butuh informasi cepat untuk mengambil keputusan," ujarnya.

Kebanyakan mereka membutuhkan informasi awal dari setiap kebijakan atau peristiwa terkait isu global yang kemungkinan berdampak pada usaha di sektor masing-masing.

"Selanjutnya mereka akan mengontak secara pribadi pengamat-pengamat yang biasanya sudah mereka kenal," tukasnya.

Dari hasil survei itu sendiri ternyata media massa menjadi institusi yang paling bisa dipercaya dengan presentase mencapai 77%, dibandingkan dengan korporasi, pemerintah, dan LSM.

Dari hasil survei pengusaha berada di urutan kedua dengan presentase sebesar 62%, LSM diurutan ketiga dengan presentase 46%, dan pemerintah 45%.

Edelman sendiri merupakan perusahaan yang telah melakukan survei terkait kepercayaan masyarakat atas kondisi aktual secara global. Survei telah dilakukan dalam 10 tahun terakhit di 20 negara, dan tingkat error margin-nya mencapai 5%.

Selasa, 10 Februari 2009

Hakim Tolak Gugatan Praperadilan BAPPEPTI

Jangan tergiur dengan investasi dengan iming-iming keuntungan berlipat ganda, karena tidak jarang hal tersebut merupakan investasi berkedok penipuan. Hal inilah yang terjadi pada nasabah PT Graha Finesa Berjangka (GFB), sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Karena kesal dengan raibnya uang yang diinvestasikan di PT GFB hingga berbuntut tudingan kepada Badan Pengawas Perdangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang diduga telah dengan sengaja ikut merekayasa agar terjadi penghentian penyidikan atas perkara yang menimpa mereka.

Namun nasabah PT GFB yang melakukan gugatan praperadilan terhadap Bappebti nampaknya harus kecewa, pasalnya gugatan tersebut ditolak oleh Majelis Hakim yang dipimpin oleh Sugeng Riyono didampingi panitera Parmin, Selasa 10 februari 2009 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Setelah melakukan sidang secara maraton dari tanggal 2 sampai dengan 10 Februari, terungkap fakta bahwa dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh PT GFB tidak hanya menyangkut perkara di bidang Perdagangan Komoditi Berjangka saja tetapi juga adanya dugaan tindak pidana lainnya.

Maka dalam rangka penyidikan, Bappepti melakukan koodinasi dengan kepolisian Cq. Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan proses penyidikan masih berlangsung.

"Tidak benar Bappepti melakukan penghentian penyidikan seperti yang dituduhkan para nasabah PT GFB",kata pesan tertulis yang diterima redaksi.

Salah satu tuntutannya menyatakan agar majelis hakim memerintahkan Bappebti untuk melakukan penyidikan perkara atas laporan para pemohon terhadap direksi PT GFB, yang selanjutnya agar dilimpahkan kepada Jaksa Penuntut Umum guna diajukan dakwaan dan atau tuntutan.

Permohonan pra peradilan tersebut dilayangkan karena pihaknya merasa dirugikan, menyusul tidak diindahkannya laporan pidana yang diajukan pihaknya terhadap Graha Finesa.

Padahal, menurutnya, sejak 2006 para nasabah telah menyampaikan surat pengaduaan berkali-kali kepada lembaga tersebut. Akan tetapi, sambungnya, hingga saat ini laporan itu tidak pernah diproses oleh Bappebti.

Laporan itu, jelasnya, adalah mengenai adanya dugaan perbuatan pidana perdagangan berjangka komoditi yang dilakukan oleh Graha Finesa, yakni dalam hal proses perekrutan nasabah yang dilakukan oleh PT GFB.

Senin, 09 Februari 2009

Depdag Susun Petunjuk Teknis Pendistribusian Gula Rafinasi

Dengan harapan agar terdapat kesamaan visi antara produsen gula rafinasi, distributor disemua lini, perusahaan makanan dan minuman (menengah,UKM dan industri rumah tangga), dan aparat pengawasan mengenai sistem distribusi yang berlaku, Departemen Perdagangan RI mengeluarkan petunjuk teknis melalui surat Menteri Perdagangan RI kepada produsen gula rafinasi No 111/M-DAG/2/2009 pada tanggal 6 Februari 2009.

"Dengan disempurnakannya petunjuk pendistribusian gula rafinasi, diharapkan dapat memberikan kejelasan dan kepastian hukum sehingga tidak menggangu penyaluran gula rafinasi sesuai peruntukan, yaitu untuk industri dan juga tidak menggangu pasar gula kristal putih",kata Mari pangestu.

Petunjuk teknis penyempurnaan tersebut antara lain, pertama distibutor dan sub distributor harus resmi di ditunjuk oleh produsen gula rafinasi dan terdaftar. Kedua, produsen, distributor dan sub distributor dapat menjual gula rafinasi langsung dan tidak diperbolehkan dikemas dalam bentuk kiloan. Ketiga, terkait dengan kemasan, kemasan karung gula rafinasi wajib mencantumkan nama produk Gula Kristal Rafinasi (GKR) hanya untuk kebutuhan industri dan harus menggunakan tanda SNI serta mencantumkan berat bersih dan nama produsen. Keempat, berkaitan dengan pengaturan kualitas GKR yang harus disesuaikan dengan SNI yaitu Mutu I (satu) maksimal dengan Icumsa 45 dan Mutu II (dua) maksimal dengan Icumsa 80. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 83/M-IND/PER/11/2008 tanggal 13 November 2008. Kelima, kelengkapan dokumen yang harus ditunjukkan industri pengguna agar dapat membeli GKR antara lain dokumen-dokumen sebagai berikut: (1) Izin Usaha Industri (IUI) untuk industri skala Besar-Menengah; (2) Tanda Daftar Industri (TDI) untuk industri skala industri kecil (IK) dan Industri Rumah Tangga (IRT).

Untuk proses pengawasan, produsen, distributor dan sub distributor wajib melaporkan secara berjenjang baik kepada Dinas setempat maupun kepada Dirjen Perdagangan Dalam negeri, mengenai realisasi penyaluran/penjualan gula rafinasi ke industri pengguna setiap periode, Apabila terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan dari ketentuan dalam surat Menteri Perdagangan ini akan dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi lain sesuai dengan ketentuan berlaku.

Sabtu, 31 Januari 2009

Siap-siap Menyambut Perang Dagang

Perdagangan bebas tampaknya tinggal catatan sejarah. Dalam keadaan resesi ekonomi seperti sekarang, hampir semua negara kini memasuki masa demam proteksionisme.

Indonesia, contohnya. Untuk mengamankan pasar dan melindungi industri dalam negeri, pemerintah akan menunda harmonisasi tarif untuk 324 jenis barang hingga 2010. “Ini permintaan dari para pengusaha,” kata Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu.

Dalam keadaan resesi ekonomi, memang lumrah kalau persaingan dagang antarnegara semakin tajam. Dan kalau sudah menyangkut masalah kepentingan buruh dan industri di dalam negeri, negara yang menganut paham liberal pun sudah tak malu-malu lagi menghambat serbuan barang-barang impor.

Amerika dan Eropa, yang selama ini dipandang paling luwes dan toleran dalam perdagangan, kini berubah jadi sangat proteksionistis. Sejak krisis meletus, Amerika dan Eropa paling getol melontarkan tuduhan dumping kepada mitra dagangnya.

Korbannya adalah negara-negara berkembang seperti Indonesia. Ada sekitar 46 produk Indonesia yang dicurigai telah melakukan praktik dumping. Tuduhan serupa juga datang dari Australia terhadap 19 produk Indonesia. Akibat tudingan tersebut, produk-produk Indonesia dikenai tarif tambahan sebesar 25%.

Jika ditotal, sejak krisis ada 172 kasus dumping yang dituduhkan 23 negara kepada Indonesia. Tentu saja, sikap proteksionis negara-negara maju akan memukul para pengusaha nasional.

Maklum, negara-negara itu merupakan pasar yang subur bagi produk-produk Indonesia. Ke Amerika, misalnya, pada 2007 Indonesia berhasil membukukan ekspor US$ 11,6 miliar. Angka ini akan terpangkas jika Amerika makin proteksionis.

Seperti halnya negara lain, kini Indonesia pun harus melindungi kepentingan tenaga kerja dan pasar dalam negerinya. Hanya saja, seperti dikatakan Menteri Perdagangan Marie Pangestu, penundaan penurunan tarif bea masuk bagi 324 jenis barang tadi tak terkait dengan FTA (Free Trade Agreenment). “FTA tetap jalan sesuai dengan komitmen,” katanya.

Jumat, 30 Januari 2009

PU Gelar Tender Lebih Cepat untuk Serap Anggaran

Dibandingkan dengan kementerian atau lembaga lainnya, Departemen Pekerjaan Umum (PU) menjadi salah satu lembaga yang tertinggi dalam penyerapan keuangan negara.

Rahasianya, menerapkan tender labih cepat sebelum anggaran berjalan khususnya di sektor pengelolaan jalan oleh Bina Marga.

Misalnya lelang atau tender pengerjaan jalan sudah digelar Ditjen Bina Marga bulan November 2008 padahal alokasi anggarannya baru diberikan pada awal tahun 2009. Sehingga pada bulan Januari saja sudah terjadi penyerapan anggaran negara untuk perbaikan jalan.

"Teman-teman di departemen lain umumnya mungkin baru menyiapkan proposal, Nah mungkin tendernya baru terlaksana 2 bulan ke depan," seloroh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di Jakarta.

Ia mencontohkan pada tahun 2008, tingkat penyerapan anggaran Bina Marga menempati tertinggi dibandingkan dengan direktorat lainnya yaitu mencapai 96,58% padahal pada tahun 2007 hanya 88,28%.

"Untuk tahun ini, saya harap bulan Januari sudah ada, penyerapan selain itu pola penyerapanya harus lebih bagus," katanya.

Bahkan ia yakin pada tahun ini tingkat penyerapan akan tercapai diangka 90% pada saat bulan Oktober atau November sehingga target realisasi penyerapan tahun ini lebih maksimal.

Pada tahun 2008 lalu realisasi penyerapan Departemen PU secara keuangan mencapai 94,28% atau Rp 31,515 triliun dari total anggaran 2008 Rp 33,4 triliun. Sedangkan secara fisik sebanyak 96%.

BI Longgarkan Aturan Perbankan, Dorong Perekonomian

Bank Indonesia melonggarkan aturan perbankan guna mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat daya tahan sistem perbankan dalam rangka stabilitas ekonomi sekaligus menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman D Hadad di Jakarta, Rabu

Ia mengatakan, untuk meningkatkan efisiensi perbankan dalam melakukan pembiayaan sektor riil, BI menaikkan batas maksimum penilaian kualitas aktiva produktif yang berdasarkan hanya pada ketepatan membayar kredit dari Rp500 juta menjadi Rp1 miliar, kecuali untuk UKM.

"Untuk UMKM sampai dengan 20 miliar (penilian dengan satu pilar tersebut) sepanjang sistem pengendalian risiko bank tersebut tergolong kuat dan rasio kecukupan modalnya sesuai ketetentuan dan hasil penilaian CAMELS dengan peringkat keseluruhan (komposit) 3," katanya.

Sementara batas maksimum sampai dengan Rp10 miliar diperbolehkan sepanjang sistem pengendalian resiko tergolong "acceptable" (diterima) dan rasio kecukupan modal sesuai dengan ketentuan dan hasil penilain CAMELS dengan peringkat keseluruhan 3.

BI juga menurunkan kriteria properti terbengkalai yang harus diberi pencadangan. Properti yang secara efektif untuk aktivitas bisnis bank dengan persentase 50 persen yang sebelumnya dinilai barang terbengkalai, sekarang tidak menjadi barang terbengkalai.

"Misalnya bank punya gedung sepuluh lantai, ternyata yang bermanfaat hanya lima lantai, maka lima lantai berikutnya masuk dalam barang terbengkali sekarang tidak lagi terbengkalai. Jadi bank tidak perlu menyisihkan pencadangan," katanya.

BI juga memperpanjang jangka waktu pelaksanaan penilaian agunan sebagai pengurang penyisihan penghapusan aktiva (PPA) dimana untuk kredit lebih dari Rp5 miliar diperpanjang dari 12 bulan terakhir menjadi 18 bulan terakhir.

Guna memperluas jangkauan pelayan perbankan, BI menyederahanakn beberapa aturan, misalnya membuka kantor kas dan kegiatan pelayanan kas seperti ATM tanpa perlu ijin lagi, cukup melalui laporan rencana bisnis bank.

Sedangkan untuk memperkuat sistem perbankan, BI memperpanjang masa transisi penerapan risiko operasional dalam perhitungan kecukupan modal dalam rangka Basel II.

Pasar Sepeda Motor Diperkirakan Turun 16-25 Persen

Pasar sepeda motor nasional tahun ini diperkirakan turun sekitar 16-25 persen menjadi sekitar 4,5 juta sampai lima juta unit dibandingkan tahun lalu yang menembus angka sekitar enam juta unit.

"Krisis ekonomi global yang dimulai di Amerika Serikat, dampaknya juga terasa di Indonesia, yang terlihat naiknya suku bunga. Hal itu akan mengkoreksi pasar (sepeda motor) di dalam negeri," ujar Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman, pada peluncuran Honda Absolute Revo 110 cc, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, kenaikan suku bunga dan nilai tukar rupiah yang mencapai sekitar Rp11 ribu per dolar AS akan mendorong penurunan permintaan sepeda motor, mengingat selama ini sebagian besar atau sekitar 80 persen pembelian sepeda motor melalui sistem kredit.

Selain itu, nilai tukar rupiah yang naik dari rata-rata sekitar Rp9.000 per dolar AS tahun lalu menjadi sekitar Rp11 ribu per dolar AS saat ini mendorong harga sepeda motor tetap tinggi, meskipun harga bahan baku turun. Hal itu karena sebagian besar bahan baku, seperti baja, masih diimpor.

"Jadi walaupun harga bahan baku turun dan harga bensin turun, namun karena nilai tukar rupiah naik, maka harga sepeda motor tidak bisa turun. Bahkan kecenderungannya masih akan naik sekitar 1-2 persen lagi," kata Loman.

Kendati demikian, ia menilai masih terbuka peluang bagi pertumbuhan pasar sepeda motor di Indonesia, mengingat adanya sejumlah kegiatan yang bisa mendorong permintaan seperti kegiatan pemilihan umum dan mulai membaiknya harga komoditas pertanian. "Bisa saja (pasar sepeda motor) sama dengan tahun lalu," ujarnya.

Tanda-tanda pasar sepeda motor belum memburuk tahun ini, setidaknya terlihat dari tren penjualan pada Januari 2009. Loman memperkirakan pada 2009 penjualan sepeda motor nasional akan menembus angka sekitar 400 ribu unit atau sama dengan Desember 2008. Namun ia tidak berani memprediksi penjualan sampai triwulan I .

AHM sendiri, lanjut dia, menargetkan selama tahun 2009 tetap mampu memimpin pasar sepeda motor sekitar 46-48 persen. Pada 2008 AHM menguasai sekitar 46,3 persen pasar sepeda motor di Indonesia dengan total penjualan sekitar 2,87 juta unit.

"Kami memprediksi penjualan AHM bisa mencapai sekitar dua juta sampai 2,5 juta unit pada 2009," ujar Loman.

Kadin Akan Luncurkan Roadmap Industri Kreatif

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan meluncurkan peta jalan (roadmap) industri kreatif pada April 2009 untuk mendukung pemerintah yang telah mencanangkan tahun ini sebagai "Tahun Indonesia Kreatif."

"Kami sudah membentuk tim sebanyak delapan orang untuk menyusun roadmap tersebut, yang ditargetkan selesai April 2009," ujar Wakil Ketua Umum Bidang Ekonomi Kreatif dan Jasa-Jasa Lain Ketut Suardhana Linggih di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan peta jalan tersebut akan menjadi masukan Kadin bagi pemerintah untuk mengembangkan industri dan ekonomi kreatif di tanah air yang memiliki potensi besar untuk menyumbang devisa dan pembukaan lapangan kerja.

"Kalau dikoordinasi dengan baik antara pemerintah dan swasta, Indonesia bisa bersaing di industri kreatif khususnya di bidang seni (`art`) karena bangsa kita memiliki modal yang kuat dengan basis seni dan budaya yang beragam," ujarnya.

Diakui Ketut, untuk industri kreatif yang terkait dengan pengetahuan, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain, seperti Amerika Serikat, negara di kawasan Uni Eropa, Australia, Korea Selatan, dan Singapura. Namun untuk seni, Indonesia memiliki potensi besar.

Ketut mengatakan, peta jalan industri kreatif yang akan mulai disusun Kadin Indonesia pada Pebruari 2009 akan memetakan potensi , daya saing, dan hambatan, serta rencana aksi dalam pengembangan industri kreatif di tanah air. Pada peta jalan itu juga, Kadin akan mengusung sejumlah industri kreatif yang bisa diunggulkan dalam persaingan internasional.

Saat ini pemerintah cq Departemen Perdagangan (Depdag) fokus mendorong pengembangan industri kreatif di 14 subsektor, yaitu periklanan, penerbitan dan percetakan, siaran televisi dan radio, film, video dan fotografi, musik, seni pertunjukan, arsitektur, desain, fesyen, kerajinan, pasar barang seni, permainan interaktif, layanan komputer dan piranti lunak, serta penelitian dan pengembangan.

"Kami melihat bisa saja subsektor industri kreatif yang akan dikembangkan lebih besar dari pemerintah. Kalau pemerintah baru mengembangkan pendataannya, kami akan langsung kepada usulan aksi bisnisnya (pada roadmap Kadin soal industri kreatif)," kata Ketut.

Berdasarkan data Depdag pada 2002-2006 industri kreatif menyerap sekitar 5,4 juta tenaga kerja, dan menyumbang sekitar Rp81,5 triliun atau 9,13 persen dari total ekspor nasional. Selama itu sumbangan industri atau ekonomi kreatif terhadap PDB mencapai sekitar 6,4 persen.

Selasa, 27 Januari 2009

Minyakita Meluncur ke Pasar


Produk minyak goreng (migor) curah kemasan atau yang biasa disebut MINYAKITA resmi diluncurkan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Produk yang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat ini rencananya akan diedarkan keseluruh Indonesia. Untuk tahap awal akan diluncurkan melalui penjualan langsung.

Mari dalam sambutannya mengatakan produk MINYAKITA diproduksi dalam kualitas yang bagus dengan standar SNI dan sudah mendapat izin edar Badan POM, sertifikat halal dan didaftar sebagai merek pemerintah di Depkumham. MINYAKITA menurut Mari mempunyai daya tahan terhadap beku dengan kemasan yang cukup kuat.

"Komitmen ke depan pemerintah akan merancang yang lebih menyeluruh dengan keikutsertaan pemerintah. Apakah jumlah subsidinya fix atau harganya fix, masih belum kita putuskan, masih menunggu perubahan anggaran yang ada di DPR," ucap Mari saat membuka peluncuran MINYAKITA di kelurahan Duren Sawit, Jakarta, Rabu (28/1/2009).

Produk yang dibandrol Rp 6.000 per liter ini selain lebih murah dari migor kemasan konvensional yang relatif lebih mahal. MINYAKITA juga dijamin tingkat kebersihan dan lebih higienis dari minyak curah pada umumnya.

Harga Rp 6.000 per liter relatif lebih murah dari minyak goreng kemasan premium dengan selisih harga Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per liter dan selisih lebih mahal Rp 300 sampai Rp 500 per liter dari migor curah.

"Untuk 10 bulan ke depan 1.000 ton per bulan untuk kemasan produsen, 4.500 ton per bulan untuk MINYAKITA," kata Mari.

Latar belakang pemerintah meluncurkan produk MINYAKITA karena selama ini produk migor sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat sehingga diperlukan produk migor yang higienis dengan harga terjangkau dengan memperhatikan

Melalui program pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP), pemerintah telah mengalokasikan dana Rp 800 miliar untuk minyak curah dan MINYAKITA pada tahun 2009.

Sebelumnya pada awal tahun 2009 ini beberapa produsen migor gencar melakukan operasi pasar murah migor dengan menjual produk migor seharga Rp 6.000 per liter di beberapa titik di wilayah DKI Jakarta. Rencananya program semacam ini akan diperluas keseluruh wilayah Indonesia.

Beberapa produsen yang secara resmi memproduksi MINYAKITA terdiri dari 24 perusahaan diantaranya Wilmar, Salim Ivomas Pratama, Sinar Mas, Musim Mas, Panca Nabati, Prakarsa, Astra Agro lestari, Asian Agri, Darmex Oil & Fat dan lain-lain.

Sekitar 10.000 Karyawan di Jakarta Rawan PHK

Ketua Dewan Pengurus Provinsi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta, Soeprayitno mengatakan potensi karyawan yang akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di Jakarta mencapai sekitar 10.000 pada Desember 2008 hingga Januari 2009.

"Pada bulan Desember (2008) sudah 4.000 karyawan yang di-PHK," katanya di sela seminar 'Strategi Antisipasi PHK Massal dan Situasi Ekonomi 2009' dan Rapat kerja DPP Apindo DKI Jakarta, di Jakarta, Selasa (27/1).

Sementara itu pada Januari 2009, potensi karyawan yang di-PHK sekitar 6.000 orang. Namun demikian, belum ada perusahaan yang tercatat bangkrut pada periode tersebut.

Soeprayitno mengatakan, PHK tersebut antara lain karena adanya pembatalan kontrak sehingga karyawan yang tidak permanen atau karyawan kontrak dipotong jumlahnya.

Ia mengatakan, sektor yang terpukul akibat krisis ekonomi saat ini adalah otomotif (suku cadang) dan elektronik.

Soeprayitno juga mengharapkan agar krisis ekonomi tidak diikuti krisis pemilu. Ia berharap, jika terjadi perubahan pemerintahan maka jangan sampai terjadi perubahan regulasi terutama yang menyangakut dunia usaha. "Kalau berubah regulasi akan ada biaya sosial yang mahal," katanya.

Ia mengatakan, saat ini kebutuhan pengusaha adalah kepastian usaha dan kepastian stabilitas atau keamanan.

Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, mengatakan, stimulus ekonomi yang dijanjikan pemerintah masih memerlukan persetujuan dari DPR.

Namun demikian, Sofyan berpendapat kegiatan pemilu 2009 akan sedikit membantu pengusaha agar tidak mem-PHK karyawannya.

Senin, 26 Januari 2009

Peluang TV Lokal Bisa Menjadi Sia-Sia

Tidak semua televisi lokal mampu memanfaatkan keuntungan UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. UU itu mensyaratkan stasiun televisi nasional dengan stasiun televisi lokal bergabung. Banyak televisi lokal belum bisa memanfaatkan peluang ini sampai batas transisi akhir Desember nanti.

Salah satu kendalanya, televisi lokal belum siap. "Sebagian besar belum memiliki jaringan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) yang cukup," kata Ketua Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) Irawan Mashuri.

Selain itu, karakter industri televisi di daerah tidak sinkron dengan industri televisi nasional. "Apa bisa siaran bahasa Jawa diterima oleh televisi nasional?" ujar David Haryanto, Manajer Komunikasi Korporat Terang Abadi Surakarta (TATV).

Tak heran, perusahaan televisi nasional masih enggan bekerjasama dengan teve lokal. Menurut Adji Soera Atmada, Kepala Komunikasi Korporat Metro TV, perlu perhitungan matang untuk ini. "Tidak semua televisi lokal punya prospek baik buat menjaring iklan. Jangan-jangan malah tidak ada prospek," katanya.

Meski begitu, beberapa stasiun televisi lokal tetap merancang strategi kerjasama dengan televisi nasional. Kepala Komunikasi Korporat JTV Surabaya, Surya Aka mengaku akan menyusun strategi meminang televisi nasional. Salah satunya, dengan memanfaatkan momentum pemilu 2009. "Langkah ini cukup berhasil sewaktu pemilihan kepala daerah Jawa Timur kemarin," tandasnya.

Aka membantah siaran sejumlah televisi lokal di Jawa Timur mati lantaran tidak siap SDM dan infrastruktur. "Itu hanya karena ada kesalahan interpretasi soal izin siaran," tampiknya.

Aka mengakui, JTV memang sempat merugi hingga Rp 100 juta karena siaran terhenti selama sebulan. Namun, Aka yakin masalah ini bakal selesai sebulan ke depan.

Tahun lalu, JTV berhasil meraup pendapatan Rp 40 miliar. "Target pertumbuhan iklan tahun ini Rp 60 miliar," katanya yakin. Ini modal kuat buat meminang televisi nasional.

Berbisnis Disain Interior

Menata letak ruangan kantor atau toko agar terlihat apik, asri dan menarik bukan hal yang gampang. Salah menata letak bisa juga berakibat fatal. Untuk itulah banyak pemilik kantor atau toko menggunakan jasa kontraktor interior. Usaha inilah yang ditekuni Julius Rolland sejak 2005 lalu.

Dengan modal Rp 10 juta, pemuda asal Ambon ini membangun usaha kontraktor interiornya dengan nama Sentra Visual Media dengan omzet ratusan juta saban bulannya. Beberapa perusahaan ternama terhitung pernah memakai jasanya. Misalkan saja Circle-K dan Multiplus.

Awalnya, Rolland yang lulusan fakultas ekonomi Trisakti tahun 2003 ini ingin memadukan hobi seninya dengan ilmu bisnis yang dipelajarinya. Maka, sesuai lulus kuliah, Rolland lantas bergabung dengan sebuah perusahaan advertising.

Di perusahaan tersebut, Rolland digadang menjadi konsultan interior. "Dulu saya sering mengerjakan grafik interior untuk kantoran," kenangnya. Setelah dua tahun menimba ilmu dan menjalin relasi, akhirnya Rolland berani memulai usahanya sendiri. Klien pertamanya adalah sebagai kontraktor interior gedung perkantoran lima lantai. "Segmen saya adalah sektor komersial, bukan perumahan," tegasnya.

Lantaran hasilnya memuaskan, Rolland direkomendasikan untuk mengerjakan kantor Circle-K. Kelar dengan Circle-K. Selain itu, Rolland langsung dikontrak Multiplus di Bogor dan di Plaza FX Jakarta.

Sebagai kontraktor interior, Rolland mengerjakan keseluruhan desain toko atau kantor sesuai bujet dan permintaan kliennya. Mulai dari cat dinding, karpet, sampai furnitur meja, kursi, tanaman hias dan hiasan dinding. "Saya juga menangani bagaimana penataan semua hal tersebut," lanjutnya .

Rata-rata, saban proyek bisa ditanganinya dalam waktu sebulan. "Dalam sebulan saya bisa tangani tiga proyek, kalau lebih dari itu, berantakan," ujarnya.

Untuk jasa konsultasi, Rolland memberi harga mulai Rp 350.000 per meter persegi. Sementara untuk desain secara keseluruhan atau hanya furnitur semata, Rolland membuka harga mulai Rp 150.000 per meter persegi.

"Besaran harga dipatok dari luas objek, juga kondisi dan tingkat kesulitan desain. Jadi tiap tempat harganya bisa lain-lain," terangnya. Dari satu toko di mal yang memakai jasanya, Rolland bisa mendapat omzet kotor sampai Rp 300 juta. Dengan harga sebesar itu, kliennya sudah mendapat konsultasi, pengerjaan desain beserta furnitur yang diperlukan.

Untuk pengadaan furnitur, Rolland membangun usaha workshop furnitur sendiri. Jadi, selain untuk memasok kebutuhan proyeknya, furnitur produksinya juga dipakai untuk memasok proyek rekanannya. "Usaha ini sudah berlangung satu tahun," lanjut Rolland.

Walaupun saban bulan mendapat omzet besar, namun, pendapatan tersebut harus disunat untuk membayar sepuluh tukangnya. Padahal rata-rata tarif tukangnya sebesar Rp 50.000 sampai Rp 75.000 per hari.

Rolland mengaku sangat enjoy dengan pekerjaannya. Lantaran di bisnis ini, antara perusahaan Rolland dan perusahaan kompetitor saling mengisi ketika sedang banjir job. "Perusahaan seperti saya banyak, tetapi kita masih saling bantu, kok," ujarnya.

Nah, mengawali Imlek tahun ini, Rolland sudah dikontrak untuk mengerjakan desain interior kapal pesiar. Pekerjaan ini tentunya tak semudah mengerjakan desain interior kantoran.

"Ke depan saya akan merambah bidang ini juga, karena belum banyak yang berani terjun," tegasnya.

Penanaman Modal RI Fokus di Tiga Sektor

Roadmap Penanaman Modal Indonesia 2009 yang diluncurkan Badan Koordinasi Penanaman Modal terfokus pada tiga sektor, yakni pangan, energi, dan infrastruktur.

Penetapan tiga tema strategis ini mempertimbangkan perkembangan perekonomian global dan arah perekonomian masa depan. Namun ekonom INDEF Fadhil Hasan mengkhawatirkan pemilihan fokus investasi ini bukan berarti tema-tema lainnya menjadi terabaikan. "Kelihatan sekali penetapan tema ini terkait dengan kondisi geografis dan potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia," kata Fadhil di sela peluncuran roadmap investasi Indonesia 2009, Selasa 27 Januari 2009.

Kepala BKPM M Luthfi menyebutkan tema pangan dan sumber daya alam seperti energi ini menjadi krusial karena untuk mengubah mindset Indonesia. "Kita selama ini dikenal menjual barang mentah. Ini harus diubah, kami bertekad, kita upayakan untuk menjual barang setengah jadi," ujarnya.

Luthfi menegaskan dengan hanya menjual barang mentah, Indonesia tidak mendapat nilai tambah, sehingga terkesan tidak ada upaya pengentasan kemiskinan. "Misal jika kita menjual gas, harga US$ 4, maka jika itu dimanfaatkan untuk proses pupuk, koefisiennya dikali 4, jika untuk besi koefisienya jadi 8. Tapi kita selama ini hanya jual mentah, kita tidak mendapatkan apa-apa dari gas itu," jelasnya.

Luthfi menyebut, rendahnya nilai tambah Indonesia bisa dilihat dari kebutuhan listrik perkapita. Indonesia rata-rata 487 KWh per kapita sedang ASEAN 1343 KWh per kapita. Dengan begitu, Indonesia empat kali lebih rendah kompetitifnya dalam hal nilai tambah.

Menurut Luthfi, studi di Filipina, industri bergerak tanpa listrik membutuhkan biaya yang besar sekitar 2 dolar per KWH. Pekerjaan ini jika diselesaikan dengan listrik hanya setara 6 sen per KWh. Artinya dengan rendahnya konsumsi listrik di Indonesia, maka biaya yang harus dikeluarkan selama ini cukup besar.

Selain itu, besarnya potensi sumber daya Indonesia menjadi alasan kuat investasi digerakkan pada alternatif lain. Agenda Roadmap ini seperti pengembangan biofuel dari ubi kayu dan ubi jalar.

BKPM Pangkas Izin Investasi Jadi 4 Hari

Badan Koordinasi Penanaman Modal meluncurkan buku Roadmap Penanaman Modal 2009. Buku ini diharapkan bisa menjadi panduan bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.

Kepala BKPM, M Lutfi mengatakan roadmap ini disusun sebagai peta yang menjadi kekuatan daya tawar Indonesia.

"Kami berharap investor bisa mendapatkan gambaran lebih jelas sehingga mereka tertarik dan bisa meningkatkan nilai tambah," ujarnya saat membuka peluncuran Roadmap di Kantor Pusat BKPM, Jakarta pada Selasa, 27 Januari 2009.

Lutfi menjelaskan penyusunan roadmap ini cukup mendesak lantaran menjadi sumber pendanaan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan perbaikan iklim investasi, modal dari para investor menjadi alternatif sumber pembiayaan pembangunan. Apalagi, masalah iklim investasi sering menjadi kendala bagi investor.

"Dulu perizinan investasi di BKPM dianggap sebagai lembaga terkorup di dunia," ujarnya. Sebagai bukti, dia memberikan contoh untuk mengurus perizinan di BKPM perlu waktu hingga 70 hari.

Namun, dengan pelayanan satu pintu bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, waktu layanan izin investasi bisa dipangkas hanya menjadi empat hari. Bahkan, di Batam cuma sehari. "Pagi dimasukkan, sore sudah bisa diambil," ujar Lutfi.

Informasi dalam roadmap ini mencakup peta investasi, kelembagaan investasi, maupun fasilitas seperti insentif. Dalam roadmap ini, dia berharap berbagai kendala yang semula membuat minat investor datang ke Indonesia kini bisa berbalik.

Lutfi menyebutkan peta jalan investasi ini semakin penting dalam hal usaha peningkatan permintaan pada masa krisis. Kontribusi investasi juga sangat signifikan sebelum krisis rata-rata mencapai 26 persen per tahun terhadap PDB. Tahun ini diperkirakan, jumlah ini akan turun.

Jumat, 23 Januari 2009

Pembukaan Pabrik Lampu Baru Serap 300 Tenaga Kerja

Ketua Asosiasi Perlampuan dan Listrik Indonesia, John Manoppo mengatakan rencana pembukaan tiga pabrik lampu hemat energi diperkirakan bisa menyerap minimal 300 tenaga kerja. Pengetatan impor oleh pemerintah mendorong munculnya investasi di pabrik lampu hemat energi.

"Ini bisa menyerap tenaga kerja yang tadinya kena PHK," kata John saat dihubungi, Jumat (23/1).

Tiga pabrik baru yang akan dibangun itu antara lain, PT Sukaku Indonesia dibangun di Jakarta, PT Simbarco Kencana (Megaman) dibangun di Jakarta, dan PT Supertech Internusa (Top Lamp) dibangun di Bandung. Masing-masing pabrik berkapasitas produksi 5 juta unit per tahun. Sedangkan nilai investasi masing-masing sekitar US$ 2 juta per unit.

Selain itu, pengetatan impor mendorong peningkatan produksi lampu hemat energi dari produsen domestik yang sekarang hanya 20 persen atau sekitar 30 juta unit dari kapasitas produksi 14 pabrik di Indonesia. Dengan demikian, ada potensi penambahan tenaga kerja.

Karena itu, John berharap Peraturan Menteri Perdagangan tentang pengetatan impor yang mulai berlaku 1 Februari mendatang berjalan secara komprehensif.

"Saya yakin, akan ada banyak lagi pabrik yang dibangun asal Permendag tentang pengetatan impor berjalan secara komprehensif," kata John.

Sebelumnya diberitakan, 14 pabrik lampu hemat energi (LHE) kolaps, tiga di antaranya, PT Nikkatsu Electric Works, PT Sinko Prima Alloy, dan PT Wika, statusnya akan berubah menjadi importir. Ini terjadi sejak ASEAN dan Cina menyetujui bea masuk produk dan bahan baku LHE dari 15 menjadi 5 persen, harga produk produsen domestik kalah bersaing dibanding produk Cina.

Kelangkaan Elpiji Indikasi Pelanggaran UU Antimonopoli

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai kelangkaan elpiji merupakan indikasi pelanggaran terhadap Undang-undang Antimonopili dan persaingan usaha yang tidak sehat.

"Kami menduga ada tiga pelanggaran terhadap UU 5/1999,"kata Ketua KPPU Benny Pasaribu di Jakarta, Kamis.

Benny mengatakan ada semacam kartel vertikal antara Pertamina dengan agen distributornya yang menyebabkan kelangkaan pasokan elpiji ukuran tabung 3 kg yang bersubsidi.

"Ketika harga antara tabung 3 kg dengan 12 kg jauh berbeda, suplainya digeser untuk elpiji non subsidi yang ukuran 12 kg dan 50 kg,"ujarnya.

Distribusi elpiji juga cenderung tidak sehat karena Peraturan Menteri ESDM No.21/2007 telah menciptakan "entry barrier" yang mengakibatkan sulitnya perusahaan baru untuk masuk dalam bisnis tersebut.

"Syaratnya harus memiliki kilang pengolahan BBM, tidak semua perusahaan mampu melakukan itu,"tuturnya.

Benny meminta Menteri ESDM untuk meninjau ulang aturan tersebut karena tidak mendorong persaingan usaha yang sehat. Selain itu, pemerintah juga harus membenahi distribusi elpiji seperti halnya distribusi premium. "Perbanyak agennya, SPBU saja banyak ada di mana-mana. Stasiun pengisian gas elpiji harus ditambah,"katanya.

Anggota KPPU, Dedie Martadisastra mengatakan kelangkaan elpiji terutama terjadi karena mekanisme pengawasan proses distribusi yang kurang memadai, infrastruktur terbatas dan terbatasnya pasokan elpiji.

Oleh karena itu, KPPU merekomendasikan pemerintah untuk membuat strategi besar perencanaan yang tepat terkait program konversi energi. Selain itu pemerintah juga harus menjamin distribusi berjalan lancar sehingga dapat menjamin ketersediaan pasokan elpiji bagi konsumen akhir serta jaminan harga jual elpiji di titik konsumen yang wajar.

"Perlu pengawasan yang ketat dalam pendistribusian elpiji sampai ketingkat konsumen,"tambahnya.

KPPU juga meminta pemerintah untuk menetapkan formula harga jual elpiji non subsidi seperti elpiji subsidi (ukutan 3 kg).

Konstruksi Terancam Alami Kesenjangan Keahlian Tenaga Kerja

Sektor konstruksi terancam mengalami kesenjangan (mismatch) tenaga kerja karena tidak semua tenaga menganggur memiliki keahlian seperti dipersyaratkan.

"PHK besar-besaran terjadi di sektor industri tidak seluruhnya memiliki keahlian di bidang konstruksi katakanlah sebagai tukang kayu," kata Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen PU, Sumaryanto Widayatin di Jakarta, Kamis.

Sehingga, kata Sumaryanto, peluang kerja di sektor konstruksi terancam tidak dapat diisi pekerja yang saat ini menganggur karena tidak memiliki kualifikasi keahlian seperti dipersyaratkan.

"Tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian itu setidaknya harus diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum nantinya diterjunkan di sektor konstruksi sehingga butuh balai pelatihan dalam jumlah besar diberbagai daerah," kata Sumaryanto.

Dia mengatakan, sesuai dengan hitungan Menteri Koordinator Perekonomian setiap Rp100 triliun anggaran infrastruktur dapat menyerap 3,2 juta pengangguran belum termasuk dampak lanjutan (multiplier effect) 1,5 kalinya.

Problemnya instansi yang menerima anggaran itu harus memiliki rincian penyaluran termasuk Departemen Pekerjaan Umum seandainya dialokasikan tambahan Rp30 triliun ternyata tidak siap sebaiknya ditolak daripada dananya nanti tidak dapat dipertanggungjawabkan, tegas Sumaryanto.

Sumaryanto mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 persen tahun 2009 maka dibutuhkan pembiayaan infrastruktur 5 persen dari total PDB, dibanding negara lain Indonesia termasuk ketinggalan.

Sumaryanto mengatakan, Indonesia sekurangnya membutuhkan dana Rp1300 triliun untuk pembangunan infrastruktur lima tahun ke depan, sumbangan terbesar dari perumahan Rp91 triliun.

Sedangkan tahun 2009 ini nilai kapitalisasi konstruksi diperkirakan Rp167 triliun, sebanyak Rp120 triliun berasal dari APBN dan APBD, sedangkan Rp47 triliun dari BUMN, BUMD, swasta, jelasnya.

Tenaga kerja konstruksi Indonesia tahun 2007 sekitar 5,2 juta orang orang (4,71 persen angkatan kerja nasional), dari jumlah itu yang bersertifikat untuk tenaga ahli 67.090 orang dan tenaga terampil 183.612 orang.

Kamis, 22 Januari 2009

Penetapan Kondisi Krisis Harus Disetujui Presiden

Sekretaris Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSS) Raden Pardede mengatakan, penetapan kondisi krisis terutama yang menyangkut stabilitas sistem keuangan nantinya harus mendapat persetujuan dari Presiden RI.

“Hal itu sudah ditetapkan dalam RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan yang akan diajukan ke DPR,” kata Raden di gedung Depkeu Jakarta, Kamis (22/1) petang.

Dijelaskannya, dalam RUU JPSK juga disebutkan bahwa penetapan kondisi krisis memang dilakukan oleh Ketua KSSK, dalam hal ini Menteri Keuangan, namun harus mendapatkan persetujuan dari Presiden RI.

Selain itu, Pasal 29 dalam RUU JPSK mengenai imunitas hukum terhadap pengambil kebijakn UU JPSK juga dihapus. Penghapusan pasal 29 tersebut merupakan upaya pemerintah untuk mengakomodir usulan para anggota dewan. “Mereka (DPR) memang keberatan terhadap pasal 29 itu,” ujarnya.

Ditambahkannya, KSSK akan lebih fokus pada saat mengambil keputusan sesuai dengan koridor aturan yang ada karena sudah tidak ada lagi imunitas hukum seperti yang tercantum dalam Pasal 29 RUU JPSK sebelumnya. Namun, pengambil kebijakan akan tetap mendapatkan hak untuk didampingi penasehat hukum yang dibiayai negara.

Menurutnya, RUU JPSK yang siap diajukan ke DPR sudah mengakomodir semua keinginan DPR agar tidak ada lagi kesalahpahaman terhadap RUU JPSK.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono mengatakan perubahan RUU JPSK dengan menghilangkan Pasal 29 tersebut sebenarnya tidak bermasalah, karena secara prinsip tidak ada perbedaaan dengan Perppu JPSK yang sebelumnya ditolak oleh DPR.

"Secara prinsip, antara Perppu JPSK dan RUU JPSK memang tidak ada perbedaan," tegasnya.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (Perppu JPSK) pernah diajukan pemerintah ke DPR untuk disahkan menjadi UU JPSK. Namun, hal itu ditolak DPR karena adanya pasal yang dianggap krusial, yakni pasal 29.

Pasal 29 tersebut menyebutkan, pengambil kebijakan, dalam hal ini Ketua KSSK, sesuai dengan ketentuan Perppu JPSK akan mendapatkan imunitas/kekebalan hukum. Akhirnya, DPR menganjurkan kepada pemerintah untuk mengajukan RUU JPSK.

Biaya Pendaftaran HKI Dipangkas 50 Persen

Pemerintah memangkas biaya pendaftaran untuk mendapatkan hak paten atas produk barang dan jasa atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) hingga 50 persen.

Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu di Jakarta, Kamis (22/1) mengatakan kebijakan tersebut merupakan komitmen pemerintah kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk memberi kepastian hak atas produk yang dihasilkannya.

“Mengenai kemudahan biaya, sudah ada perjanjian dengan UKM diskon 50 persen, dan masing-masing departemen juga mempunyai biaya untuk memfasilitasi pendaftarannya,” tutur Mari usai rapat kordinasi penanggulangan pelanggaran HKI di gedung Dephukham.

Ia menjelaskan, setiap instansi pemerintah yang terkait seperti Depdag, Depbudpar dan departemen lainnya, telah menyediakan anggaran untuk memfasilitasi potongan biaya pendaftaran HKI itu.

“HKI erat kaitannya dengan pengembangan ekonomi kreatif menjadi prioritas kita tahun 2009 sebab merupakan pencanangan tahun Industri Keatif, yang telah dicanangkan Presiden pada hari Ibu tanggal 22 desember 2008 lalu,” tegas mendag.

Dirjen HKI Depkumham, Andi Noorsaman Someng mengatakan selain biaya pendaftaran sebesar Rp1 juta, para UKM juga akan dikenakan biaya pemeliharaan hak paten tersebut tergantung tingkatannya.

“Setelah granted (daftar umum) ada yang namanya biaya pemeliharaan sampai 20 tahun, tapi ada jenis paten sederhana yang hanya 10 tahun, dan setiap tahun meningkat sampai maksimum Rp5 juta di tahun ke-20,” terang andi.

Mendag menjelaskan, pemberian hak paten merupakan unsur pendukung utama dalam mengembangkan Industri Kreatif yang diharapkan nantinya dapat menjadi industri penopang ekonomi Negara dari dampak krisis global.

“Mengingat sumbangan Industri Kreatif yang kita estimasi sebesar 6,3 persen (2009) terhadap perekonomian, dalam situasi pelemahan ekonomi sekarang ini, kita anggap industri ini akan menjadi sumber pertumbuhan yang signifikan,” tegas Mendag.

Ia juga menekankan pentingnya sosialisasi kepada para UKM untuk mengetahui pentingnya pemberian hak paten tersebut, agar dapat memberikan manfaat ekonomi bagi usahanya serta bagi negara.

“Ini akan dikordinasikan dengan lebih baik, termasuk pusat-pusat HKI yang berada di lembaga perguruan tinggi, mereka bisa berperan memfasilitasi dan mensosialisasi pentingnya HKI dan bagaimana melakukan pendaftaran temuan mereka, ciptaan mereka,” kata Mendag.

Prosedurnya, Ditjen HKI akan mengumumkannya 18 bulan setelah tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Lamanya pengumuman selama enam bulan untuk mengetahui apakah ada keberatan dari masyarakat atau tidak dan setelah permohonan paten diterima, pemohon paten berhak mendapatkan hak patennya untuk jangka waktu 20 tahun sejak terjadi filling date.

Merawat Tradisi Tenun Aceh

Tangan perempuan itu menari-nari lincah menata untaian benang-benang sutra yang terhampar di seperangkat alat tenun tradisional. Sembari kakinya cekatan menggerakkan mesin kayu tersebut, sesekali tangan si perempuan menyisipkan benang-benang emas sesuai dengan motif layaknya sulaman.

Perempuan itu, Ainul Mardhiah, 56 tahun, termasuk generasi pertama penenun di Kampung Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. “Saya sudah pertama sejak tempat ini ada,” ujarnya saat Tempo berkunjung ke Siem bulan lalu.

Tempat yang dimaksud Ainul adalah ruangan seperti kelas sekolah yang berukuran sekitar 6 x 15 meter persegi. Di dalamnya ada sekitar 10 mesin tenun dari kayu. Tempat seperti ini ada dua. Saat Tempo menyambanginya, terlihat lima pekerja di sana.

Selain Ainul, ada Khairani, 40 tahun, generasi selanjutnya, lalu Khairiah, 28 tahun, yang tergolong generasi termutakhir. Khairiah baru dua tahun menjadi penenun di tempat ini. Pengalamannya yang seujung kuku membuatnya tak segesit Ainul.

“Sebelum bekerja, saya mendapat pelatihan dan magang dulu di sini,” ujar Khairiah.

Semua penenun tersebut adalah para pekerja bisnis kain tenun yang mendapatkan ilmu langsung dari “suhu” Nyak Mu, 70 tahun. Rumah Nyak Mu ada di samping tempat menenun, berupa rumah panggung adat Aceh yang khas. Tak ada papan nama di tempat itu, dan mencari lokasinya juga lumayan sulit.

Nyak Mu mulai menggeluti bisnis kain tenun sejak 1970-an. Para pekerjanya datang silih berganti ke tempat itu untuk berguru. Saat ini umurnya yang sudah semakin sepuh memaksa Nyak Mu mengerem aktivitas bisnis. Dia hanya bekerja memeriksa tenun hasil racikan para pekerja.

Untuk mengerjakan selembar kain dibutuhkan waktu sekitar satu bulan. Itu pun jika tak ada kendala, artinya semua bahan lengkap. Soal pe masaran dipercayakan kepada anakanak dan cucu-cucunya. “Saya yang menjaga pemasarannya dan menunggu pesanan,” kata Dahlia, 48 tahun, anak Nyak Mu yang tinggal hanya 20 langkah dari tempat itu.

Dahlia juga mewarisi ilmu tenun. Dia yang merancang berbagai motif pada kain tenun yang diproduksi. Kain itu dapat dirancang dengan berbagai ukuran, umumnya panjang 1,2 meter dengan lebar 50-80 sentimeter. “Motif kami juga sering dicuri orang lain,” ujarnya.

Itu pula sebabnya, saat Tempo berniat mengambil foto produk mereka, seorang pekerja sempat menanyakan identitas Tempo. Kain yang diproduksi adalah songket dan selendang yang biasa dipakai pada pakaian pengantin. Kain itu dijual sebagai cendera mata khas Aceh dan untuk pakaian bawaan bagi pengantin pria jika ingin melamar buah hatinya.

Usaha tenun ini pernah mengalami pasang-surutnya. Kata Dahlia, bisnis mereka sangat maju pada 1980-an.

Banyak pesanan datang dari luar daerah, bahkan sering dipamerkan di tempat-tempat pameran berskala nasional.

Karena dikenal luas, nama kain songket tenun Desa Siem sudah menjadi buah bibir. Tak aneh, Nyak Mu dan Dahlia sebagai empunya kerap diundang dalam berbagai acara atau pertemuan yang berkaitan dengan bisnisnya.

“Sekitar empat bulan lalu, Nyak Mu diundang ke Jakarta dalam pertemuan penenun seluruh Indonesia,” kata Dahlia. Usaha tenun ini pernah surut saat konflik bersenjata makin panas di Aceh pada periode 19982003. Saat itu banyak tamu dari luar daerah yang gentar ke Desa Siem, yang terimbas perang.

Karena banyak yang tidak berani datang ke sana, akhirnya mereka berinisiatif membuka ruang pamer sekaligus tempat pemesanan di Kampung Laksana, Banda Aceh. Kebetulan Sabirin, abang Dahlia, tinggal di kota itu dan menjadi pengelolanya.

Perlahan usaha tenun itu berkembang lagi seusai tsunami. “Banyak tamu yang datang memesan atau langsung datang ke sini, mungkin karena sudah damai,” ujarnya.

Menurut Dahlia, mereka tidak punya tempat khusus untuk menjual kain songket hasil tenun. Semuanya dikerjakan sesuai dengan pesanan para pelanggan. Harganya beragam, tergantung motif. Selembar kain biasanya bernilai jual rata-rata Rp 1,2 juta.

Soal pesanan, Sabirin menjelaskan, datang beragam karena kain penghias itu bukanlah untuk kebutuhan primer atau sekunder. “Siapa yang ingin untuk oleh-oleh atau butuh untuk yang lain, biasanya pesan,” ujarnya.

Menurut dia, rata-rata setiap bulan ada delapan orang pemesan. Mereka kadang memesan dua lembar. Ratarata kain yang dijual per bulan mencapai 15-20 lembar. Kendala produksi juga ada, biasanya karena sulit mencari benang yang berwarna keemasan. Ini yang kerap membuat produksi kain tenun tersendat.

Kain tenun Aceh adalah tradisi yang telah ada sejak dulu. Dahulu para raja memakainya sebagai pelengkap pakaian kebesaran. Kain itu dilingkarkan pada pinggang sebatas lutut, juga dililitkan melintang badan.

Kini umumnya kain itu dipakai pengantin dalam pakaian adat. Para penenun kain khas Aceh di Desa Siem bekerja sambil merawat tradisi, yang ilmunya kian sulit didapat.

Layang-Layang Membawa Berkah

Selarik surat elektronik mampir ke kotak surat Juhud Arianto pada 29 Januari 2008. Pengirimnya Ludovic Petit, Presiden Dunia Layang-layang Aduan Prancis. Isinya pesanan 50 ribu lembar layang-layang aduan (combat). Juhud tak langsung menggarap pesanan itu. Dia minta Ludovic bersabar karena bahan baku sedang seret. Juhud membalas surat Ludovic. Isinya pesanan baru bisa dikirim awal November 2008.

"Untung dia pengertian karena sudah menjadi pelanggan," kata Juhud, pengusaha layang-layang dari Singosari, Malang, Jawa Timur. Yang harus antre tak cuma Ludovic. Lima pesanan dari Paris, Prancis, juga bernasib sama. Bahkan sebagian order mesti dibatalkan karena Juhud tak sanggup memenuhi tenggat yang diminta.

Sebanyak 200 pekerja binaan Juhud yang tersebar di pelbagai tempat di Malang dan Pasuruan tak cukup memenuhi semua pesanan. Padahal ratusan orang itu bekerja dalam kelompok sesuai dengan keahlian mereka. Ada spesialis kerangka, menggunting kertas, dan sablon. "Seluruh bahan baku dan desain saya yang membuat," kata lelaki kelahiran Pasuruan, 27 Juli 1958, itu.

Juhud, yang dikenal dengan nama Ahoed DC, mengaku sudah menciptakan 50 desain layang-layang dan combat menjadi maskot andalan. Seri lain adalah Aremania, Grand Master, Idola, Tiga Dimensi, Breng Breng, dan Joker. Desain khasnya kombinasi warna yang lebih cerah antara cokelat muda, putih, hijau, merah, dan biru.

Menurut Juhud, layang-layang produksinya dibuat dalam dua jenis, yakni kualitas A dan B meski berukuran sama. Setiap pekan layang-layang kualitas A dibuat antara 7.000 dan 10.000 lembar. Sedangkan yang B dibuat sekitar 75-100 ribu lembar. Produk berkualitas A diproyeksikan untuk pasar luar negeri dengan label Combat dengan simbol edisi khusus kombinasi warna cokelat muda, merah, dan hitam.

Kualitas A dan B dibedakan dari bambu yang dipakai, sablon, dan perajin. Juhud mencontohkan, layang-layang kualitas B ditandai dengan tinta sablon yang tak rapi atau bambunya yang terlalu kurus. Persamaannya: semua layang-layang bikinan Juhud diberi cap kepala burung rajawali plus cap tanda tangan Juhud.

Semula Juhud tidak ingin menjual Combat, yang menjadi kebanggaannya karena sering memenangi lomba layang-layang aduan. Dia merahasiakan keunggulan Combat. Tapi banyak penggemar memintanya memperbanyak. Bahkan beberapa yang punya hobi bermain layang-layang meminta Juhud membuatkan Combat khusus untuk mereka.

"Saya bersedia dengan syarat tidak gratis lagi," katanya. Keputusan menjual Combat dalam produksi massal ternyata tidak salah. Meski harganya lebih mahal, layang-layang ini makin laris saja.

Layang-layang buatan Juhud kini rutin dikirim kepada pemesan di sebagian besar pelosok Nusantara. Satu kali kirim, dia bisa menghabiskan 300 ribu lembar layang-layang dengan harga Rp 1.000 per lembar. Sedangkan layang-layang kualitas A edisi khusus Combat dijual ke luar negeri sepanjang kurun Februari-Maret sekitar 300 ribu lembar. Sekitar 100 ribu dikirim ke Prancis dan Malaysia. Sisanya ke Australia, Hong Kong, Cina, dan Belanda.

Menurut Juhud, harga tiap layang-layang Rp 2.000. Tapi pemesan di Prancis dan Australia kemudian menjual si Combat seharga Rp 17 ribu dan Rp 7.500 per lembar. "Barangnya dikirim pakai pesawat. Ongkos kirim bisa dua kali lipat dari harga layang-layang," kata bapak empat anak ini.

Juhud mengatakan pemesanan di dalam negeri biasanya meningkat setelah musim hujan usai dan berkurang saat menjelang berakhirnya musim kemarau. "Ya, seperti sekarang ini," katanya. Sedangkan pesanan dari luar negeri yang terus meningkat lebih dipengaruhi perbedaan musim.

Untuk melengkapi keperluan para penggemar layang-layang, Juhud menyediakan benang gelasan produksi sendiri di tokonya. Juhud membuat benang gelasan dalam beberapa ragam desain, warna, dan kualitas. Benang gelasan 2.000 yard, misalnya, dibanderol Rp 6.000 sampai Rp 25 ribu per klos--satuan jual benang gelasan.

Meski sukses menjadi pengusaha layang-layang, Juhud tak pelit berbagi ilmu kepada orang lain. Dia tak sungkan membantu temannya yang ingin membuat desain layang-layang kreasi. Penampilan hariannya pun bersahaja dengan kaus oblong, celana pendek, dan sandal jepit.

Di Udara Toro Berbisnis Kargo

Kesibukan Sofyan Danu Siswantoro, 35 tahun, menjelang akhir tahun ini bertambah padat. Ia sedang menambah armada pesawatnya dengan mengincar Boeing 737-300F. "Ini untuk memperluas rute baru yang sudah direncanakan," ujar Presiden Direktur Megantara Kargo, yang mengibarkan bendera bisnis Megantara Air, itu kepada Tempo.

Kejelian Toro--nama panggilan akrabnya-- memilih masuk ke bisnis kargo udara praktis tak direncanakan sejak awal. Mulanya, alumnus SMAN 8 Jakarta yang lulus pada 1991 itu melanjutkan kuliah ke jurusan teknik penerbangan di Institut Teknologi Bandung.

Begitu diterima, alih-alih serius kuliah, Toro malah membuka les privat untuk anak-anak SMA. Tak dinyana, tempat lesnya diminati sehingga ia harus mempekerjakan 40 orang pengajar, yang semuanya lebih tua dari dirinya. Peserta kursusnya sendiri ratusan orang," katanya mengenang.

Tak cukup berlaku sebagai pengajar, Toro juga mencari tambahan pendapatan dari berdagang furnitur sampai menjadi wiraniaga door to door. "Pada dasarnya saya memang suka kesibukan, bukan karena kebutuhan untuk pendapatan ekonomi," katanya.

Semua kegiatan dijalankannya secara simultan bersama kuliahnya menjelang tugas akhir. Saking enaknya berbisnis aneka rupa, kuliahnya molor sampai delapan tahun. "Itu pun karena pembimbing saya terus mengingatkan sampai saat terakhir saya hanya tinggal punya waktu satu bulan untuk menyelesaikan tugas akhir," katanya. Sampai di sini, Toro masih membayangkan dirinya akan menjadi karyawan selesai meraih gelar dari ITB.

Namun, masa kerja praktek di Pelita Air Service membuatnya menyadari akan adanya sebuah peluang cemerlang yang jarang dilirik orang: bisnis pengangkutan kargo udara. Sebab, kebanyakan mahasiswa yang menggeluti disiplin ilmu seperti Toro lebih menyukai ide untuk berkiprah di bidang penerbangan komersial.

Menyadari dirinya sudah mendapat sebuah visi berharga, Toro mulai terobsesi untuk mendalami lika-liku dunia kargo udara di Tanah Air. "Tugas akhir yang saya pilih adalah menentukan tarif dasar kargo (TDK) dengan pesawat yang berbeda-beda," katanya.

Setelah lulus pada 1999, Toro meninggalkan semua pencapaian bisnis sebelumnya dan memfokuskan diri untuk memasuki industri dirgantara dengan bekerja di beberapa maskapai penerbangan sambil berupaya membuka bisnis kecil-kecilan bersama sejumlah kawannya dengan mengibarkan bendera PT Megantara Nusa Perkasa pada 2001. Perusahaan ini merupakan authorized dealer untuk produk-produk Jeppesen di Tanah Air.

Setahun kemudian PT Megantara Kargo, yang dirancang untuk memenuhi pelayanan kargo bagi maskapai-maskapai domestik, berdiri. "Saya memang menghindari bermain di bidang kargo perorangan (retail) karena, jika klien saya maskapai penerbangan, biaya yang mereka keluarkan untuk 8 kilogram kargo itu setara dengan biaya untuk 20 kilogram kargo perorangan. Keuntungan kedua, dengan mengambil yang 8 kilogram, saya masih punya lebih banyak space untuk dijual," ujarnya memberikan perbandingan.

Insting bisnis Toro menemukan jalurnya. Satu demi satu maskapai domestik, seperti Seulawah NAD Air (rute Jakarta-Medan-Aceh) dan Kartika Airline (Jakarta-Batam-Medan-Aceh), menunjuk Megantara Cargo sebagai general sales agent (GSA) mereka. Sedangkan Transmile Air, yang memiliki rute internasional Jakarta-Singapura-Malaysia-India-Thailand-Hong Kong secara bertahap menunjuk Megantara Kargo sebagai CSA pada 2004 dan cargo sales & service representative (CSSR) pada 2005.

Mimpi Toro sepenuhnya tercapai pada 7 Mei 2007. "ari itu Departemen Perhubungan memberikan izin resmi kepada Megantara untuk memulai penerbangan perdana dengan pesawat sendiri," katanya. Pesawat pertama yang mereka operasikan adalah Boeing 727-200F, yang mampu mengangkat kargo sampai 23 ton v.v. (kapasitas penuh). Lima bulan kemudian, Toro menambah armada dengan Boeing 737-200F, yang memiliki kapasitas pengangkutan kargo 14 ton.

Namun, jumlah armada pesawat yang terus bertambah ini tetap membuat Toro berhati-hati dalam mengembangkan ekspansi bisnisnya. "Bisnis kargo udara ini sangat kompetitif karena harus bersaing dengan maskapai sendiri yang juga menjual ruang pesawat mereka untuk membawa kargo," ujarnya. Karena bisnis utama maskapai adalah membawa penumpang, pendapatan tambahan dari penyewaan ruang untuk kargo bisa membuat perusahaan kargo partikelir seperti Megantara Air ketar-ketir. "Sebab, harga yang mereka tawarkan bisa jauh lebih murah dari yang kami berikan," ujar Toro.

Di sisi lain, dia juga optimistis karena pemain di bidang layanan kargo udara ini baru tiga perusahaan, sementara rentang geografis Indonesia demikian luas. Maka potensi untuk bisnis ini masih terbuka lebar. Dan jangan lupa, harga minyak dunia, yang sempat mencekik leher beberapa bulan lalu, kini sudah merosot tajam hingga mampu membuat Toro lebih optimistis lagi. "Saat ini omzet usaha per bulan sekitar Rp 1 juta dolar," katanya.

Sama sekali bukan jumlah yang buruk bagi orang yang pernah membuka usaha les kursus bagi murid-murid SMA.

Nama yang Membawa Hoki

Delapan tahun lalu Septian Harriyoga, 31 tahun, Dianing Mahdiawaty, 27 tahun, dan tiga teman semasa kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung merintis "Java Craft".

Septian dan Dianing, yang baru bergabung pada 2004, mencoba berbisnis pembuatan barang-barang cendera mata. Namun, usaha mereka tak maju-maju.

Sampai April lalu. Waktu itu Dianing tengah melihat-lihat pameran properti di gedung Landmark, Bandung, dan bertemu dengan seorang lelaki tua, G.B. Weking. Di pameran itu Weking menjual buku-buku soal bisnis dan hoki. Niatnya membeli buku, tapi ia malah ditanya-tanyai oleh Weking soal bisnisnya.

Setelah bercerita soal Java Craft, ia disarankan mengganti usahanya dengan nama lain yang terdiri atas delapan huruf, jika ingin sukses.

Tanpa pikir panjang, akhirnya tiga hari kemudian ia mengganti nama Java Craft dengan "Cinnabar". Bisnisnya sih tetap sama: mengerjakan desain interior, cendera mata, dan elemen estetik.

Hasil kreasinya juga masih tetap sama, yakni memadukan unsur kayu, logam, batu, atau bahan sintetis. Ia dan suaminya pun masih berkarya di studio yang sama di Jalan Pagersari, Bojong Koneng, Bandung. Hanya namanya yang berganti.

Tapi, sejak berganti nama, pesanan seperti patung batu, logam, dan plakat memang mengalir deras. Terutama selama lima bulan terakhir. "Sejak ganti nama, kami makin maju," kata Dianing.

Tapi mengapa "Cinnabar"? Menurut lulusan Desain Interior ITB 2004 ini, Cinnabar adalah nama material pembentuk air raksa yang mengandung racun. "Jadi, kami ingin 'meracuni' orang-orang dengan produk kami, supaya balik lagi," ujar Dianing.

Septian, Dianing, dan kawan-kawan awalnya terjun ke bisnis ini hanya bermodal nekat. Jika ada pesanan, mereka akan meminta si pemesan memberi uang muka. Uang muka itulah yang dipakai sebagai modal kerja. Peralatan pun terkadang masih meminjam dari teman.

Hanya semangat dan tekad membara yang membuat Septian dan Dianing tetap bertahan. Bahkan, setelah ditinggal rekan-rekan mereka dan Java Craft sempat berantakan, keduanya tetap setia berada di jalur bisnis ini.

Septian mengenang, order pertama datang dari sebuah perusahaan rokok, senilai Rp 27 juta. Perusahaan rokok itu minta dibuatkan pisau pembuka surat dan pemberat kertas dengan kemasan kotak kayu untuk cendera mata sebanyak 60 set.

Order kedua datang dari pabrik tekstil di Purwakarta senilai Rp 15 juta. Manajemen ingin menghadiahkan pemilik pabrik yang berulang tahun ke-50 dengan plakat berlapis emas 18 karat ukuran 50 x 50 sentimeter.

Yang unik, cendera mata ini berbahan logam duralum aluminium (duralium). Bagi Septian dan kawan-kawan waktu itu, pemakaian bahan campuran aluminium dan mangan ini tergolong baru. "Sekaligus ngetes ilmu," katanya.

Ada kenikmatan, kepuasan, dan tantangan tersendiri saat membentuk duralium. Bahannya yang getas, Septian menjelaskan, enak digergaji. Serbuknya juga tidak menempel seperti aluminium. Jika diampelas, permukaannya bisa sebening kaca dan tak kusam oleh panas dan hujan.

Tapi kelemahan bahan ini adalah mudah patah jika ditekuk. "Masalah ini yang menjadi tantangan untuk kami pecahkan," katanya.

Mungkin karena merasa terus mendapat tantangan dan bisa memuaskan pelanggan, Septian dan Dianing tetap bertahan.

Apalagi pabrik tekstil di Purwakarta itu ternyata puas dan kemudian jadi pelanggan. Mereka memesan lagi plakat berlapis emas 18 karat seharga Rp 20 juta dan sepasang plakat relief pabrik dengan nilai sama. Salah satunya bahkan dipersembahkan untuk Presiden Nigeria Olusegun Obasanjo ketika bertandang ke pabrik tersebut.

Kreasi Cinnabar kini terus berkembang dan makin dikenal. Untuk menjaga kualitas, menurut Septian, pesanan hanya dibatasi 60-70 unit. Jika ada yang tetap memaksa, pemesan biasanya diarahkan ke studio workshop lain.

"Hitung-hitung bagi rezeki ke yang lain, karena teman-teman juga sering kasih order ke kami," katanya. Setiap karya juga diberi garansi. Masa berlakunya tergantung jenis produk yang dipesan.

Dianing menambahkan, mereka berusaha membuat jenis atau model sebuah produk yang berbeda satu sama lain. Jika pesanan ada yang mirip, klien ditawari ide lain karena mereka tidak menerima pesanan yang modelnya sudah pasaran.

Soal omzet, Dianing mengaku, masih di bawah Rp 100 juta per pemesanan. Yang penting, order terus mengalir. Saat ini Cinnabar tengah menyelesaikan pembuatan sepuluh lampu manekin, pesanan sebuah distro pakaian di Bandung, senilai Rp 10 juta.

Mereka juga mendapat order patung batu menhir setinggi 5 meter yang akan menandai pengoperasian sebuah hotel baru di Kota Kembang seharga Rp 21 juta. Juga pengerjaan papan nama berbahan batu andesit dan logam duralium untuk sebuah lokasi wisata di Bogor.

Ke depan, Cinnabar ingin punya ruang pamer sendiri untuk perluasan jaringan pemesan. Pemasaran lewat tebar kartu nama juga dirasakan belum cukup. Sedangkan kalau ikut pameran gratis yang diadakan pemerintah daerah, malah tak tepat sasaran. "Kami ini usaha kecil tapi dengan pangsa menengah ke atas," kata Dianing.

Batok Kelapa, Dari Tulungagung Merambah Jamaika

Bagi kebanyakan orang, tempurung atau batok kelapa paling banter hanya bisa dijadikan arang. Tapi, di tangan Chairul Amin, 45 tahun, tumpukan tempurung diubahnya menjadi aneka barang kerajinan, seperti tas, cincin, hingga kancing nan unik. Hasilnya, tumpukan rupiah dapat diraup perajin asal Tulungagung, Jawa Timur, itu.

Proses kreatif dimulai dengan memisahkan jenis batok berdasarkan warnanya: batok muda yang berwarna krem, dan batok kelapa tua. Semua batok itu lantas dikeringkan selama beberapa waktu agar tak berjamur. Penjemuran batok muda perlu waktu sedikitnya dua hari, sedangkan batok tua cukup beberapa jam saja. Setelah itu, batok-batok tersebut dibersihkan dan diampelas agar mulus dan bebas dari sabut. Selanjutnya, setiap batok siap dicetak, dipotong, atau diukir sesuai dengan motif yang diinginkan.

Amin mencontohkan, untuk membuat sebuah tas dengan motif benikan penuh, dibutuhkan waktu penyelesaian cukup lama. "Karena lebih rumit, membuat benikan dan menjahit minimal 2.000 benikan dengan tangan bisa seharian lebih untuk satu tas kecil," ujarnya saat ditemui Tempo di arena Indocraft dan Lebaran Fair beberapa waktu lalu. Sedangkan untuk motif ukir atau batok kotak dan bulat ukuran besar, relatif lebih cepat dan tidak butuh ketelitian lebih besar.

Pada masa awal merintis usaha, 2001, ayah empat anak itu hanya bermodal dua mesin pencetak dan pengebor besar dan kecil. Dengan mesin itu dia mencoba membuat cincin atau kancing dari batok kelapa berdiameter 0,5 sentimeter. "Kami menyebutnya benikan," ujar Amin. Dengan alat itu pula dia mengukir batok menjadi motif tertentu dan dirangkainya menjadi sebuah tas. Kini usahanya berkembang dengan 16 mesin pencetak pengebor.

Untuk bahan baku, sarjana pertanian jebolan Universitas Wijayakusuma, Surabaya, itu tak perlu pusing. Di lingkungan sekitarnya banyak teronggok serpihan batok kelapa. Semua jenis batok dari kelapa muda atau kelapa tua akan dipakainya sebagai bahan utama produk kerajinan. Bahan lainnya adalah bunga kelapa atau yang sering disebut manggar, kayu, dan kain.

Semula harga batok cuma Rp 750 per kilogram. Kini, karena sudah dianggap barang komersial, nilai ekonomis batok pun melonjak dua kali lipat menjadi Rp 1.200-1.500 per kilo. Maklum, dia harus bersaing dengan pembeli lain yang juga memanfaatkan batok kelapa ini untuk tempat menampung getah karet.

"Saya tinggal dekat hutan karet milik Perhutani," ujarnya. Dengan mengerahkan 10-15 pegawai, Amin biasa memasok 400-500 tas dari ukuran kecil, S (20 cm x 35 cm), hingga L (40 cm x 50 cm) setiap bulan. Pernah pula ia menerima pesanan hingga 1.000 buah sehingga harus mengerahkan tetangga kanan-kiri untuk membantunya.

Tas-tas cantik hasil kreasi Amin tak cuma dijajakan di toko-toko seni di Bali dan Yogyakarta, tapi juga ada yang memesannya dari luar negeri, misalnya Jamaika. Ia mengakui, pesanan sepanjang tahun lalu mencapai 10 ribu unit tas. Sedangkan tahun ini hanya 8.000 unit. Penghasilan bersih yang biasa masuk ke sakunya berkisar Rp 14-17,5 juta.

Soal harga, Amin mematok harga untuk pembeli lokal sebesar Rp 35-90 ribu, tergantung motif dan ukurannya. Padahal, di luar negeri, harga jual tas buatannya bisa mencapai Rp 450 ribu. "Ya, bagaimana, mereka menilainya kan barang unik, antik, susah buatnya bagi mereka. Tapi kalau di sini, ya, nggak laku karena daya belinya masih terbatas," ujar Amin sambil terkekeh.

Nyaris tak ada kendala yang ditemui Amin selama menjalani usaha ini, selain cuaca. Jika memasuki musim penghujan, kata dia, otomatis tingkat produksi menurun drastis. Sebab, batok kelapa akan sulit kering. Ia pernah mencoba menyiasati pengeringan melalui oven, tapi hasilnya ternyata tak bagus. "Tetap keluar jamur," ujarnya.

Ketika disinggung soal hak paten, Amin hanya tertawa getir. Jangankan hak paten, membuat label sendiri saja susah. Broker yang menjual kembali barang-barang kreasinya ke luar negeri lebih suka memberi label "Made in Bali", bukan "Made in Indonesia". "Lebih menjual, katanya," ujar Amin.

Sarwani, Bertahan dengan Kerupuk Ubi

Hujan belum reda saat Tempo menyambangi kediaman Sarwani, Rabu pekan lalu. Dibantu dua anaknya, perempuan 48 tahun itu sibuk memindahkan kerupuk ubi basah yang sedang dijemur ke tempat teduh. Bale-bale di belakang rumahnya penuh sudah. Mereka beradu cepat dengan hujan yang mengguyur deras wilayah pedalaman Aceh Besar itu.

Ubi kayu itu adalah bahan baku utama kerupuk yang biasa diproduksi Sarwani sejak 1980-an. "Kalau hujan terus, produksi akan gagal, kerupuk ubi basah akan berjamur," ujar Sarwani.

Ia mendapatkan bahan baku itu dari warga sekitar. Satu karung ukuran 50 kilogram dibelinya seharga Rp 85 ribu. Kerupuk ubi yang diproduksi berbahan baku ubi kayu, tepung, dan garam. Awal produksi, ubi dikupas. Setelah dicuci, kemudian dihaluskan dengan mesin kukur. Setelah itu, dicampur dengan adonan tepung dan garam.

Lalu campuran itu dibungkus dengan plastik sebesar paha orang dewasa seperti membungkus lontong, dan dikukus sampai masak. Setelah masak, bahan yang mirip bantal itu diiris tipis hingga berbentuk lempengan. "Kemudian dijemur sampai kering, dan itulah kerupuknya. Sebelum dimakan, digoreng dulu," Sarwani menjelaskan.

Di Desa Cot Suwe, Kemukimam Lam Pakuk, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, dia bukanlah satu-satunya warga yang memproduksi kerupuk ubi. Tapi Sarwani diakui warga sebagai perintis usaha ini. Meski lahir di desa itu, orang tuanya adalah perantau dari Jawa Timur. Mereka petani.

Tak ada keahlian khusus dan ilmu yang diperoleh sebelumnya oleh Sarwani. Semuanya berawal dari coba-coba. Produksi di awal usahanya pada 1980-an juga kecil. "Dulu satu kilo kerupuk hanya Rp 500," ujarnya. Dia terus melakukan produksi, kendati konflik Aceh memanas pada 1998-2004.

Perlahan, aktivitasnya diikuti saudara-saudaranya di desa itu. Produksi kerupuk ubi makin ramai. Semuanya dikerjakan manual. Mesin kukur berbahan bakar premium baru digunakan pada 1997, ketika aliran listrik masuk desa.

Pasca-tsunami pada akhir 2004, produksi sempat melimpah. Ada saja orang yang datang memesan ke tempatnya. "Mungkin di Banda Aceh tak ada orang yang membuat kerupuk lagi akibat bencana, jadi banyak yang memesan kepada saya," tutur Sarwani.

Kerupuk produksi Sarwani diberi label "Kerupuk Ubi Renyah". Satu kemasan plastik setengah kilogram dipatok seharga Rp 5.000. Dalam sehari ia bisa memproduksi 10-15 kilogram pada cuaca panas. "Kalau hujan dan mendung, produksi terganggu, karena kerupuk ubi tidak kering," katanya.

Kerupuk Ubi Renyah buatan Sarwani dengan mudah bisa didapatkan di pasar-pasar Lambaro dan Seulimum, Aceh Besar. Dari sana, keripik ubinya sampai ke Banda Aceh, yang hanya berjarak 3 kilometer dari Lambaro. Otomatis, kerupuk ubinya hanya ada di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Modal yang cekak membuat produksi tak bisa massal dan pemasaran amat terbatas. Ia tak mau meminjam modal dari bank. Bunga pinjaman yang besar membuat Sarwani tak berani ambil risiko. "Takut tak dapat mengembalikannya nanti," katanya.

Namun, awal tahun ini dewi fortuna menghampirinya. Pinjaman modal datang dari Qatar Charity Indonesia cabang Aceh. Lembaga itu memilih Sarwani sebagai salah satu dari empat penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi tahun 2008 untuk proyek pembuatan kerupuk. Jumlahnya kecil. Per kelompok hanya mendapat Rp 5 juta. Dibagi 10 orang, Sarwani kebagian Rp 500 ribu. Dana itu harus dikembalikan dalam tempo setahun, tanpa bunga.

Tapi lumayanlah. Sejak menerima tambahan modal usaha dari Qatar Charity, Sarwani mampu menambah volume produksi hariannya. Sementara sebelum menerima bantuan tersebut Sarwani hanya mampu mengolah 40 kg ubi kayu, saat ini dia telah bisa menghabiskan 60 kg ubi kayu per hari.

Dengan omzet seperti itu, dia mengaku cuma meraup laba bersih sekitar Rp 2-3 juta per bulan. Sebagian uang ditabung dan lainnya habis untuk kebutuhan sehari-hari. "Dengan kerupuk ubi, kami hidup. Kami ingin usaha ini besar," ujarnya.

Dari Gadai Rumah ke Hadiah Umrah

Merintis usaha dari bawah dan memiliki banyak anak buah telah menjadi cita-cita Ina Wiyadini sejak muda. Dengan semangat itu juga wanita berumur 45 tahun ini memilih menyimpan ijazahnya di dalam lemari ketimbang melamar jadi pekerja untuk orang lain.

Ina mengaku tidak perlu waktu lama untuk menentukan bidang usaha yang akan digarap guna menggantungkan hidup. Hobi dan kemampuannya memasak dirasa cukup untuk mengembangkan bisnis kue kering (cookies) yang dilakukannya sejak 1998. Kini cookies buatannya menjadi salah satu incaran penikmat kuliner di Kota Bandung.

Ina menuturkan, pilihan menggantungkan hidup dengan menjadi wiraswastawan tak hanya dipicu oleh cita-cita sejak muda. Kegagalan bisnis yang dijalankan sang suami menjadi pendorong utama. Bisnis jahe gajah yang dilakoni suaminya, Rachmat Basuki, terpuruk pada 1997. "Ini menjadi pendorong saya untuk memulai," katanya.

Bisnis pembuatan kue kering itu dimulainya dari bawah. Modal awalnya dari uang tabungan pensiun pegawai negeri sang suami, yang memilih pensiun dini dari PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 1998.

Saat memulai, menurut Ina, dirinya dan anak-anak terpaksa tidur bersama oven-oven kue karena kediamannya tak bisa menampung peralatan masak-memasak itu. Perlahan tapi pasti, kue-kue yang diproduksi Ina mulai dikenal banyak orang. "Pemasaran saat itu dari mulut ke mulut," katanya.

Ia mulai menemui persoalan saat pesanan terus meningkat. Modal dari awal yang dimiliki tak lagi mencukupi sehingga membuatnya memutar otak. Satu-satunya cara yang ada saat itu adalah mencari pinjaman dari bank. Namun itu tak mudah, selain karena tidak adanya akses, bank juga meminta agunan. "Akhirnya, atas seizin ayah, saya memutuskan menggadaikan rumah satu-satu sebagai agunan ke bank," kata Ina. Awalnya, sang ayah tidak setuju dan lebih menyarankan Ina mencari sumber dana lain.

Kemudian Ina datang ke bank dan mengurus prosedur penerimaan kredit. Namun, masalah tidak berhenti sampai di situ. Pihak bank tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan dana pengembangan bisnis yang diperlukan. Dari sekitar Rp 200 juta yang dibutuhkan, bank hanya memberi Rp 75 Juta. "Tapi dukungan datang dari seluruh keluarga dengan memberikan pinjaman modal, terutama ibu dan saudara-saudara," ujarnya.

Setelah mendapat modal untuk menambah peralatan dan bahan baku, akhirnya bisnis yang dilakoninya lambat-laun merangkak naik dan bisa meraih sukses seperti sekarang. Ina memberi label Ina Cookies untuk produk kue keringnya.

Saat ini produksi dipusatkan di rumah yang berlantai enam di Jalan Bojong Koneng Atas 8, Cikutra, Bandung. Selain sebagai tempat produksi, rumah tersebut sebagai tempat pemasaran kue kering yang sudah mencapai 80 rasa. "Mungkin ini sudah rezeki, walaupun tadinya hanya berupa bilik," katanya.

Sang suami, yang lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, pun tak tinggal diam. Dia memberikan dukungan dalam mengembangkan bisnis kue kering ini. Arahan ini menjadi penting karena Rachmat memiliki bekal pengalaman saat menjalankan bisnis jahe gajah di Cirebon. "Suami yang mendesain bentuk kemasan unik dengan berbagai bentuk masjid dan mobil," katanya sambil tersenyum.

Ina Cookies saat ini mempunyai sekitar 400 karyawan dengan produksi per hari mencapai 4.000 stoples. Kebutuhan tepung terigu mencapai 30 ton. Pada 2007, empat kontainer kue kering buatannya sudah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Selain itu, Ina Cookies telah masuk pasar di Pulau Jawa, Bali, dan Kalimantan. Toh, dengan produksi yang lumayan besar seperti itu, "Sampai saat ini pun kami belum bisa memenuhi permintaan yang terus mengalir," katanya.

Guna membuat produknya semakin dekat dengan konsumen, Ina membuat brand image sendiri. Selain jenis kue-kue yang sudah dikenal, seperti nastar, kastengels, choco, atau chips, Ina Cookies menciptakan resep kue sendiri dengan nama sendiri.

Ina pun memilih awalan "Putri" untuk nama setiap kue hasil kreasinya. Dari sekitar 85 resep kuenya, nama kue yang berawalan Putri masih sekitar 40-an. Ina bercita-cita nama kue berawalan putri ini bisa mencapai 100 resep.

Dalam penamaan pun tidak sembarangan, setiap nama ada cerita. Misalnya nama putri pertamanya, Adrin, jadi nama kue Putri Adrin. Kue Putri Voula diambil dari nama putri keduanya, Voula. Sedangkan nama putra ketiganya, Fakhri, dijadikan nama kue Putra Fakhri.

Upaya lain yang dilakukan Ina adalah mendaftarkan hak paten nama-nama kue keringnya. Dia juga tak lupa setiap tahun mengurusi label halal serta Izin dari Dinas Kesehatan. Ina memasang tekad untuk terus mengembangkan bisnis kue kering ini.

Untuk menambah ilmu, dia secara rutin berkeliling ke mancanegara, dengan dukungan salah satu perusahaan keju yang menjadi langganannya, untuk menimba ilmu, khususnya dalam dunia pastry. "Alhamdulillah, saya bisa ke berbagai negara, disponsori oleh perusahaan keju, untuk belajar," ujar perempuan yang sering jadi dosen tamu di berbagai akademi perhotelan ini.

Dalam pemasaran produknya, menurut Ina, dirinya sangat bergantung pada jaringan agen-agen di sejumlah daerah. Paling tidak saat ini ada sekitar 113 agen yang terdaftar, tapi para agen itu membentuk subagen sendiri. Sistem penjualan kepada agen adalah beli putus.

Untuk menjaga para agennya itu, Ina juga memiliki trik khusus. Dia membuat konsep hadiah umrah bagi para agen yang tingkat penjualannya sangat tinggi dalam rentang waktu satu tahun. "Insya Allah, dua agen tahun ini akan berangkat umrah," katanya.